Islam Di Afrika |
Afrika
adalah tempat bermacam-macam bangsa dan kebudayaan yang banyak sekali. Afrika
adalah negeri dengan pertentangan yang sangat mencolok dan keindahan yang liar.
Di sana juga terdapat banyak masalah termasuk perang, kelaparan, kemiskinan,
dan masalah penyakit. Di Afrika terdapat gurun Sahara yang merupakan gurun
pasir terbesar di dunia. Gurun itu terbentang mulai dari samudra Atlantik di barat
hingga laut merah di sebelah timur. Sahara meliputi seperempat dari seluruh
benua itu.
Realitas
wilayah Afrika merupakan daerah yang berada dibawah
kekuasaan kekaisaran Romawi, yaitu sebuah kekaisaran yang super power pada masa
itu.
Dalam sejarah peradaban dunia, bahwa kaisar-kaisar Romawi dikenal sebagai penguasa
yang kejam, lalim dan berdarah penjajah. Namun pada kenyataannya, justru Islam
dapat berkembang di Afrika dan populasi penduduk muslimnya mencapai 75 juta
dari 500 juta jumlah populasi umat muslim seluruh dunia. Di Afrika juga terdapat
dinasti-dinasti yang ikut terlibat dan mewarnai Islamisasi di wilayah tersebut.
Berkaitan
dengan hal diatas, makalah ini membahas tentang bagaimana perjalanan penyebaran
Islam di wilayah Afrika (khususnya Afrika Utara
dan Sub Sahara) sehingga
Islam dapat diterima di wilayah yang telah dikuasai oleh penguasa-penguasa
Romawi tersebut dan dinasti apasaja yang telah berkuasa dalam sejarah perjalanan
islam di afrika.
ISLAMISASI DI AFRIKA DARI MASA KE MASA
Nama
Afrika berasal dari bahasa latin, yaitu Africa terra yang
berarti tanah Afri. Afrika merupakan benua terluas nomor dua setelah Asia,
yaitu 20 % dari seluruh total daratan bumi dan penduduknya mencapai sepertujuh
dari seluruh populasi dunia. Sebutan bagi penduduk Afrika biasa dikenal dengan
nama Berber dan Negro. Bangsa Negro sangat majemuk, bahkan mendominsi
dari jumlah penduduk di benua Afrika, aktifitas keagamaannya sangat beragam
yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Afrika utara
adalah bagian dari daerah di benua Afrika di
mana budaya dan penduduknya berbeda dengan daerah-daerah di Afrika lainnya. Afrika Utara adalah
sebuah kehidupan masyarakat Berber yang bersifat kesukuan, berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat lain dan patriarkhi. Penduduk
Afrika Utara sebagian besar termasuk ras kulit
putih dan merupakan penutur bahasa Afro-Asia.
Sebelum Islam masuk ke daerah Afrika Utara,
daerah ini merupakan daerah dibawah kekuasaan Romawi.
Secara
geografis, Afrika Utara merupakan wilayah bergurun. Dalam terminologi Arab,
daerah ifriqiyah merupakan bagian dari Afrika Utara yaitu wilayah Libya,
Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko. Seluruh wilayah tersebut oleh orang-orang Arab
dikenal dengan sebutan Al-Maghribi.
Penyebaran
Islam di Afrika bermula pada masa Nabi Muhammad ketika ada
kontak pertama kali antara Islam dengan Afrika, yaitu setelah para sahabat
hijrah ke Habsyi dan mendapatkan sambutan baik dari raja Najjasyi maupun
penduduk setempat.
Penyebaran Islam kemudian dilanjutkan pada masa Khalifah
Umar Ibn Khattab dengan mengutus Amr ibn 'Ash. Pasukan muslim dibawah panglima
Amr ibn 'Ash berhasil memasuki Mesir dengan mengelahkan tentara Bizantium yaitu
pada tahun 639-644 M, dan mendirikan kota Fusthat sebagai ibu kota pertama
di wilayah Afrika.
Penyebaran
Islam ke wilayah Afrika kemudian dilanjutkan oleh khalifah ke tiga yaitu
Khalifah Utsman ibn Affan dengan mengirim Abdullah ibn Sa’ad ibn Abi Sarah
yang berhasil mengalahkan tentara Romawi di Laut Tengah dan mengalahkan tentara
Bizantium dan terus maju sampai ke Barqah dan Tripoli dan terus merangsek
sampai ke daerah Carthage, yaitu ibu kota Romawi di Afrika Utara.
Perluasan
wilayah Afrika sedikit terganggu dengan adanya suhu politik di Madinah yang
kurang mendukung sehingga perluasan wilayah tidak memungkinkan untuk
dilanjutkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Raja Konstantine III untuk merebut
kembali kekuasaannya atas wilayah Afrika.
Penyebaran
Islam mengalami kemajuan pesat ketika pada masa Muawiyah ibn Abi
Sofyan dengan mengutus seorang yang bernama Uqbah ibn Nafi' menjadi
gubernur di Afrika pada 666 M dan menjadikan kota Qayrawan sebagai ibu kota.
Dengan keberaniannya, ia membersihkan pengacau dan sekaligus memulihkan
keadaan, ia merupakan orang pertama yang menembus padang pasir Sahara
Masuknya
Islam ke Afrika Utara merupakan moment penting bagi masa depan Islam secara
keseluruhan di benua Afrika dan daratan eropa yang selama berabad-abad berada
dibawah kekuasaan Kristen. Dalam peradaban Islam, Afrika Utara tidak dapat
dilupakan begitu saja. Hal ini dikarenakan Afrika Utara merupakan pintu masuk
dari sentral penyebaran Islam, yakni Timur Tengah.
Bukti kemajuan di Afrika Utara dalam peradaban Islam
adalah dalam bidang arsitektur, seni, dekorasi dan intelektual. Diantara tokoh
yang terkenal dalam bidang intelektual adalah Ibn Batuta (Biologi), Ibnu
Khaldun (sosiologi) dan Ibn Zuhr.
Perjalanan
panjang penyebaran Islam tidak serta merta berjalan dengan mudah, akan tetapi
melalui beberapa rintangan baik rintangan dari dalam maupun dari luar. Pergolakan politik yang terjadi dalam pemerintahan pada saat itu,
dimanfaatkan oleh bangsa Berber untuk melakukan pemberontakan. Pemberontakan
silih berganti baik yang dilakukan orang-orang Berber sendiri dengan maksud
melepaskan diri dari kekuasaan orang Islam.
Misalnya, pemboikotan yang
dilakukan oleh Kusailah pada masa Muawiyah. Pada tahun 683 M orang-orang Islam
di Afrika Utara mengalami kemunduran karena
orang-orang Berber di bawah pimpinan Kusailah bangkit memberontak dan
mengalahkan 'Uqbah di Tahuza pada saat pulang ke ibu kota Qayrawan. Dia dan
pasukannya tewas dalam pertempuran tersebut.
Rintangan dari pihak
luar, misalnya, keinginan bangsa Romawiatas wilayah
Afrika maupun penjajahan bangsa Eropa.
Pada saat pemerintahan dipegang oleh Abdul Malik ibn Marwan pada masa Daulah
Umayyah, Afrika Utara dapat direbut kembali dari
kekuasaan Romawi dan berhasil mengalahkan
perlawanan bangsa Berber.
DINASTI DINASTI YANG MEWARNAI ISLAMISASI DI AFRIKA
Telah disinggung
sebelumnya bahwa 'Uqbah mendirikan kota militer yang termasyhur yaitu Qayrawan di sebelah selatan Tunis. Pendirian ini bertujuan
untuk mengendalikan orang-orang Berber yang terkenal ganas dan sukar diatur
sekaligus membentengi diri dari orang-orang Romawi.
Afrika Utara memasuki babak baru dan Islamisasi dapat dilanjutkan kembali. Sejak saat itu, Afrika Utara melepaskan diri dari wilayah kekuasaan mesir dan
berdiri sebagai wilayah tersendiri yang dipimpin oleh seorang gubernur.
Pada masa pemerintahan
dipegang oleh Musa, Afrika Utara mengalami
kemajuan yang pesat dan terjadi perubahan dan membuat stabilitas keamanan serta
perubahan yang sangat berarti baik dibidang sosial maupun politik sehingga
Islamisasi baru dapat berjalan lancar. Sebagai
apresiasi terhadap pasukan muslim bahwa mereka bukan hanya sekedar mengIslamkan
kaum Berber semata namun juga mengajarkan pengetahuan yang mendalam mengenai
agama tersebut termasuk didalamnya pengetahuan bahasa arab sehingga bahasa arab
sebagai bahasa percakapan di Afrika utara sampai
sekarang.
Keberhasilan tersebut
tidak lepas atas dukungan kaum Khawarij yang ikut terlibat sehingga Islam
benar-benar dapat diterima dan mengakar di kalangan Afrika Utara.
Pergolakan politik yang terjadi pada masa dinasti Umayyah yang
mengakibatkan pergantian kekuasaan Bani Umayyah
kepada Bani Abbasiah, dan peralihan kekuasaan
kekhalifahan Islam dari damaskus di Syiria ke Baghdad di Persia tampaknya tidak
dapat dipungkiri sebagai awal munculnya dinasti-dinasti baru di Afrika utara.
Di antara dinasti yang muncul di afrika adalah :
DINASTI IDRISIAH
Di
wilayah Maroko, Idris ibn Abdullah setelah gagal melakukan pemberontakan
terhadap Abbasiah, ia melarikan diri ke Maroko dan mendirikan dinasti Idrisiah
(788-974 M) yang beribu kota di Fas. Dinasti ini yang pada akhirnya ditaklukkan
oleh panglima Ghalib Billah dari dinasti Umayyah di Andalusia. Idrisyah
merupakan dinasti Syi'ah pertama dalam sejarah Islam. Idrisiyyah adalah dinasti pertama yang berupaya
memasukkan doktrin Syi'ah, meskipun dalam bentuk yang sangat lunak, ke Maghrib.
Sebelumnya, wilayah itu didominasi oleh kaum Khawarij.
Periode
Idrisiyah sangat penting bagi penyebaran kultur Islam di kalangan masyarakat
Berber di dalam negeri. Namun selama pemerintahan Muhammad al-Muntashir,
berbagai wilayah kekuasaan Idrisiyah terpecah secara politis sehingga menjadi
mangsa serangan musuh-musuh mereka yaitu Berber, terutama abad ke sepuluh
dengan munculnya dinasti Fathimiyah.
DINASTI RUSTAMIYAH
Dinasti
ini didirikan oleh Abdurrahman ibn Rustam. Ia merupakan pemimpin suku Berber
dari jabal Nefusa yang menganut faham Kharijiyah sekte Ibadiyah, berhasil
menduduki Tripoli dan Qayrawan. Selanjutnya pada tahun 761 M, ia pergi ke
Aljazair barat dan mendirikan basis Kharijiyah yang kemudian dinamakan dinasti
Rustamiyah yang beribu kota di Tahert (Al-Jazair). Dinasti ini bertahan sampai
tahun 909 M. Rustamiyah memiliki nilai penting bagi sejarah
Islam Afrika Utara yang tidak sebanding dengan masa dan lingkup kekuasaan
politis mereka.
Di bawah Rustamiyah, Tahart mengalami kemakmuran material yang luar biasa, menjadi terminal di Utara dari salah satu rute kafilah trans-Sahara.
DINASTI AGHLABIYAH
Dinasti
Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang berkuasa selama
kurang lebih l00 tahun (800-909 M), dan berpusat di Sijilmasa. Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria
dan Sisilia. Dinasti
ini didirikan oleh Ibnu Aghlab. Ayah
Ibrahim ibn Al-Aghlab adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah.
Pada tahun 800 M, Ibrahim diberi profinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun
Al-Rasyid sebagai imbalan atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar. Pemberian ini meliputi hak-hak otonomi yang besar.
Pada
masa Ziyadatullah I, dimulailah proyek merebut Sisilia dari tangan Bizantium.
Penaklukan ini agar dapat mengalihkan energi fanatis ke jihad melawan
orang-orang kafir. Dengan demikian akhirnya Sisilia berada dibawah penguasa
muslim Aghlabiyah untuk pertama kalinya. Wilayah ini merupakan
pusat penting bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa. Keberhasilan pada masa
Aghlabiyah adalah membangun masjid Agung Qayrawan dan masjid Tunis.
DINASTI MURABBITUN
Dinasti
Murabbitun adalah salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Maghribi. Mula-mula
pemimpin Shanhaja, Yahya ibn Ibrahim, berangkat haji dan sekembalinya dari
Arabia, dia mengundang seorang alim yang terkenal di Maroko yaitu Abdullah ibn
Yasin untuk berdakwah ditengah kaumnya. Kelompok ini berawal dari 1000 anggota
pejuang yang kegiatan mereka menyebarkan agama Islam dengan mengajak suku-suku
lain untuk memeluk agama Islam. Wilayah
mereka meliputi Afrika Barat Daya dan Andalus dengan beribu kota di Marakesyi
(1056-1147).
Pada
saat kepemimpinan dipegang oleh Abu Bakar, ia meneruskan penaklukan ke Sahara
Maroko dan lambat laun mengembangkan sistem kesultanan. Dan pada masa kepemimpinan
Yusuf Tasyfin, Murabbitun mengalami kejayaan dan menyeberang ke Spanyol
kemudian berhasil merebut Granada dan Malaga. Mulai saat itulah ia memakai
gelar Amir al-Mukminin.
DINASTI AL MUWAHHIDUN
Berdirinya
dinasti al-Muwahhidun (1130-1269 M) ini berangkat dari reaksi
kekecewaannya atas al-Murabbitun yang telah melanggar dan banyak menyimpang
dari aqidah. Dinasti al-Muwahhidun dapat mengalahkan Murabbitun dan menjadikan
Marakesy sebagai ibu kota, dan kekuasaannya meliputi sebagian wilayah
Andalus. Arakesy
merupakan daerah yang tidak kalah pentingnya dengan Baghdad yaitu sebagai kota
peradaban dan ilmu pengetahuan. Abdullah ibn Tumart, seorang sufi masjid
Cordova pada masa akhir Murabbitun, melihat kemungkaran dan sepak terjang kaum
Murabbitun yang sudah tidak mengikuti aqidah Islam dan berkeinginan untuk
memperbaikinya.
DINASTI FATIMIYAH
Berdirinya
Dinasti ini bermula menjelang abad ke-X, ketika kekuasaan Bani Abbasiyah di
Baghdad mulai melemah dan wilayah kekuasaannya yang luas tidak terkordinir
lagi. Kondisi seperti inilah yang telah membuka peluang bagi munculnya
Dinasti-Dinasti kecil di daerah-daerah, terutama di daerah yang Gubernur dan
sultannya memiliki tentara sendiri. Kondisi ini telah menyulut
pemberontakan-pemberontakan dari kelompok-kelompok yang selama ini merasa
tertindas serta memberi kesempatan bagi kelompok Syi’ah, Khawarij, dan kaum
Mawali untuk melakukan kegiatan politik.
Dinasti
Fathimiyah bukan hanya sebuah wilayah gubernuran yang independen, melainkan
juga merupakan sebuah rezim revolusioner yang mengklaim otoritas universal.
Mereka mendeklarasikan adanya konsepimamah yakni para pemimpin dari
keturunan Ali yang mengharuskan sebuah redefinisi mengenai pergantian sejarah
Imam atau mengenai siklus eskatologis sejarah. Kekhalifahan ini lahir di antara
dua kekuatan besar yaitu Abbasiah di Baghdad dan Umayyah di Cordova.
Dinasti
Fathimiyah berkuasa sekitar tahun 909-1171 M atau kurang lebih 3 abad lamanya.
Dinasti ini mengaku keturunan Nabi Muhammad melalui jalur Fatimah az-Zahro.
Gerakan ini berhasil merealisir pertama kali pembentukan pemerintahan Syi’i
yang eksklusif. Keberhasilan menancapkan doktrin Ismaili, dalam perkembangannya
mampu memberi perlindungan imam-imam mereka di Salamiyah, Syria dan telah
memudahkan pengorganisasian dakwah Fatimiyah. Meskipun dakwah Fatimiyah ini
dimulai sejak dini, namun baru pada masa Abu Ubaidillah Husein, generasi
keempat setelah Ismaili, baru mulai berkembang pesat.
Ubaidillah
merupakan khalifah pertama, ia datang dari Syria ke Afrika Utara menisbahkan
nasabnya hingga Fatimah binti Rasulullah, oleh karena dinasti ini dinamakan
dinasti Fatimiyah. Dinasti ini semula di Afrika Utara, kemudian di
Mesir dan Syria.
dimana
propaganda Syi’ah telah berkembang dengan pesat. Ia memimpin dakwahnya dengan
memenangkan dukungan luas dari daerah-daerah yang kurang diperhatikan oleh
Khalifah Abbasiyah. Lewat para da’i, akhirnya berhasil menjadikan kaum Berber
sebagai pendukung kepemimpinan Ubaidillah al-Mahdi. Selanjutnya, atas dukungan
besar inilah, ia menumbangkan gubernur-gubernur Aghlabiyah di Ifriqiyah dan
Rustamiyah di Tahart.
Keberhasilan
pemerintahan Fatimiyah ini ditandai dengan pindahnya pusat pemerintahan ke
Kairo dengan ibu kota baru di Mesir yaitu al-Qohirah serta Masjid al-Azhar
sebagai pusat pendidikan para da’i dan Khalifah al Muizz pindah ke ibu kota
baru tersebut. Hampir seluruh daerah Afrika Utara bagian Barat dapat dikuasai
Fatimi, terutama setelah menaklukan wilayah Maghrib. Dinasti Fatimiyah ini
akhirnya makin berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, karena ditopang
dengan kekuasaan yang luas dan mampu membangkitkan berbagai macam aksi yang
bersifat wacanis (keilmuan), perdagangan, keagamaan, walaupun peralihan
kekuasaan ke wilayah timur, berlahan-lahan melenyapkan kekuasaan mereka
dibagian Barat.
ISLAMISASI DI AFRIKA SUB SAHARA
Afrika
sub-Sahara adalah istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan negara-negara
di benua Afrika yang tidak dianggap termasuk bagian Afrika Utara.
Sejak
zaman es, wilayah Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara telah dipisahkan oleh
iklim yang luar biasa keras di daerah Sahara yang jarang penduduknya membentuk
sebuah rintangan alami yang dilalui hanya oleh sungai Nil. Sungai Nil merupakan
jalan utama yang menghubungkan Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara yang
memungkinkan terjadinya komunikasi antara utara dan selatan. Afrika merupakan wilayah penghasil seperempat kekayaan bumi di dunia,
namun daerah ini mendapat predikat wilayah termiskin di dunia. Kondisi ini diakibatkan oleh warisan kolonialisme, neokolonialisme, konflik
antar etnis dan pergolakan politik yang silih berganti terjadi akibat konflik
internal maupun eksternal.
Sejarah awal Islamisasi
di Afrika sub-Sahara tidak berbeda dengan masuknya Islam di Asia Tenggara yaitu
dengan cara damai dan melalui perdagangan tanpa pertumpahan darah. Menurut Hasan,
sebagaimana yang dikutip oleh Karim,bahwa
Uqbahlah yang pertama kali menembus padang pasir Sahara sampai ke wilayah
Sudan, Ghana, Awdaghost bahkan sampai ke Kawar.
Namun akhirnya Uqbah digantikan oleh Abdul Muhajir
atas permintaan Maslamah yaitu penguasa Afrika. Pada masa Yazid I, 'Uqbah
dipercaya kembali sebagai panglima. Ia memimpin pasukan muslim dan memperluas
kekuasaannya sampai ke Maroko. Dengan kegigihan dan semangat yang membara,
seluruh Ifriqiyah dan daerah al-Maghrib al-Aqsa dapat dikuasai dengan cepat
sehingga 'Uqbah mendapat julukan "Alexander Muslim I".
Dengan
demikian, Islam masuk ke Afrika sub-Sahara melalui tiga wilayah;pertama,
dari bagian utara. Islam mulai menyebar mulai tahun 1000 an M di beberapa
wilayah Sudan yaitu Niger dan Chad.
Islamisasi terjadi melalui migrasi pedagang-pedagang muslim, sejumlah guru,
murid, dan juga datangnya pedagang dari Mediterania sehingga terbentuklah
masyarakat muslim minoritas di beberapa wilayah Afrika sub-Sahara. Dari
kelompok inilah kemudian Islam mengepakkan sayapnya dengan cara mengislamkan
penguasa-penguasa lokal dan kemudian menyebar luas ke masyarakat dan para
petani.
Kedua,
melaui bagian Timur, yaitu dari Zayla', yang sekarang dikenal dengan nama
Somalia, mulai abad ke-9. Pengislaman wilayah ini hampir sama dengan
bagian-bagian lain Sudan yaitu melalui perdagangan, akan tetapi mayoritas
berasal dari Mesir dan saudi Arabia. Ketiga, melalui bagian selatan yaitu
Afrika selatan. Islam berkembang dimulai pada masa penjajahan belanda yang
tergabung dalam dua gelombang.
Gelombang pertama adalah orang-orang dari
Melayu, Bengal, Malabar dan Madaskar yang dibawa oleh pemerintah Belanda ke Afrika
Selatan sebagai tahanan dan budak. Gelombang kedua adalah para pekerja dan
pedagang yang datang dari Calcuta, Madras, Bombay dan Gujarat yang datang pada
abad ke-19.
Selain
Islamisasi dilakukan secara formal oleh al-Murabithun dan al-Muwahhidun, Islamisasi
juga dilakukan dengan cara kultural. Islamisasi tersebut dilakukan melalui
media perdagangan. Mereka membangun pemukiman pedagang muslim di wilayah Sudan.
Sambil melakukan proses perekonomian, mereka juga melakukan dakwah Islamiah. Di
sepanjang bagian barat Afrika sub-Sahara, Islam dapat diterima dengan mudah
oleh suku Soninke dan nenek moyangnya suku Tokolor. Dari sini penyiaran Islam
ke timur sampai ke lembah Senegal. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses
Islamisasi di Sub-Sahara persis seperti di Nusantara, yaitu melalui jalur
perdagangan.
KESIMPULAN
erjadinya
perebutan kekuasaan diantara sesama muslim bukan lantas Islam dianggap sebagai
agama yang ditegakkan dan berkembang dengan darah atau pedang, karena anggapan tersebut
merupakan anggapan yang tidak obyektif. Kondisi ini banyak dipengaruhi oleh
warisan atas kondisi sosio-politik yang berkembang pada saat itu, karena Afrika
Utara pernah dibawah kekuasaan Romawi, dan juga pengaruh emperialisme penjajah
dan pertikaian antar etnis tidak dapat dikesampingkan sebagai penyebab adanya
anggapan tersebut.
Islamisasi
di Afrika diawali jauh sebelumnya yaitu pada masa Nabi Muhammad dengan beberapa
sahabatnya ketika hijrah ke Habsyi. Perjalanan panjang Islamisasi ke Afrika
melalui jalur Afrika Utara yang dilakukan oleh kaum muslim terhadap penduduk
setempat. Setelah itu barulah Islamisasi di di Afrika sub-Sahara dilakukan
dengan tokoh Uqbah ibn Nafi'. Islamisasi di Afrika sub-Sahara menggunakan 3
jalur, yaitu melalui ekspansi militer, melalui jalur dakwah, dan melalui jalur
perdagangan. Dengan demikian bisa dikatakan jika Islamisasi di Afrika
sub-Sahara mirip dengan Islamisasi di Indonesia, yaitu melalui jalur dakwah dan
jalur perdagangan.
Uqbah
ibn Nafi merupakan tokoh yang paling berjasa dalam sejarah Islamisasi di Afrika
sub-Sahara. Kini
negara-negara di Afrika sub-Sahara penduduknya mayoritas beragama Islam. Dialah
yang berperan cukup besar dalam menembus padang pasir Sahara, termasuk
wilayah-wilayah Sudan. Ia juga berhasil membuka jalan ke Awdagost. Sebagai wali
Ifriqiyah pertama, Uqbah telah menembus daerah-daerah itu bahkan sampai ke
Kawar dan beberapa wilayah Negro, dan pada periode kedua (semasa Yazid ibn
Muawiyah) ia memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Maroko.
Terimakasih sudah membaca artikel ini semoga bermanfaat :) wassalam