Zaman praaksara meninggalkan hasil budaya yang masih sederhana, tetapi berharga nilainya dalam mempelajari kembali sejarah manusia Indonesia di masa lampau. Alat-alat budaya mereka ciptakan sesuai kebutuhan sehingga dapat membantu untuk memenuhi kebutuhannya. Alat-alat budaya tersebut pada awalnya terbuat dari batu dan berkembang menggunakan logam maka dalam penyebutannya sering disebut zaman batu atau zaman logam. Dengan peninggalan-peninggalan mereka itulah, para ahli dapat mengungkap kembali bagaimana kehidupan di masa itu.
PROSES MIGRASI RAS RPOTO MELAYU DAN DEUTRO MELAYU KE INDONESIA
Sejarawan Belanda Van Heine mengatakan bahwa sejak 2000 SM yang
bersamaan dengan zaman Neolitikum sampai dengan tahun 500 SM yang
bersamaan dengan zaman perunggu mengalirlah gelombang perpindahan
penduduk dari Asia ke pulau-pulau sebelah selatan daratan Asia ke
Indonesia. Sekitar tahun 1500 SM, mereka terdesak dari Campa kemudian
pindah ke Kampuchea dan melanjutkan perjalanan ke Semenanjung Malaka.
Sementara itu, bangsa yang lainnya masuk ke pulau-pulau di sebelah
selatan Asia tersebut, yakni Austronesia (austro artinya selatan, nesos
artinya pulau). Bangsa yang mendiami daerah Austronesia disebut bangsa
Austronesia. Bangsa Austronesia mendiami daerah sangat luas, meliputi
pulau-pulau yang membentang dari Madagaskar (sebelah barat) sampai Pulau
Paskah (sebelah timur) dan Taiwan (sebelah utara) sampai Selandia Baru
(sebelah selatan).
Pendapat Van Heine Geldern ini diperkuat dengan penemuan peralatan
manusia purba berupa beliung batu yang berbentuk persegi di Sumatra,
Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi di bagian barat. Beliung seperti itu juga
banyak ditemukan di Asia, yakni di Malaysia, Birma (Myanmar), Vietnam,
Kampuchea, dan terutama di daerah Yunan (daerah Cina Selatan).
Perpindahan penduduk pada gelombang kedua terjadi sekitar 500 SM
bersamaan dengan zaman perunggu. Perpindahan ini membawa kebudayaan
perunggu, seperti kapak sepatu dan nekara atau genderang yang berasal
dari daerah Dongson sehingga disebut kebudayaan Dongson. Pendukung
kebudayaan Dongson adalah orang-orang Austronesia yang tinggal di
pulau-pulau di Benua Asia dan Australia. Nenek moyang bangsa Indonesia
meninggalkan daerah Yunan di sekitar hulu Sungai Salween dan Sungai
Mekong yang tanahnya subur sehingga mereka pandai bercocok tanam,
berlayar, dan berdagang.
Dalam perkembangan selanjutnya, berbagai suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia kemudian membentuk komunitas sendiri-sendiri sehingga
mereka mendapat sebutan tersendiri. Mereka datang di Nusantara
menggunakan alat transportasi, yaitu perahu bercadik. Mereka berlayar
secara berkelompok tanpa mengenal rasa takut dan selanjutnya menempati
berbagai kepulauan di Nusantara. Hal ini memperjelas bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia adalah pelaut-pelaut ulung yang memiliki jiwa kelautan
yang kuat. Mereka memiliki kepandaian dalam berlayar, navigasi, serta
ilmu perbintangan yang penuh. Selain itu, mereka menemukan model perahu
bercadik yang merupakan perahu kuat dan mampu menghadapi gelombang serta
sebagai ciri khas kapal bangsa Indonesia.
Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara dan kemudian
menetap di Nusantara tersebut mendapat sebutan bangsa Melayu Austronesia
atau bangsa Melayu Indonesia. Mereka yang masuk ke daerah Aceh menjadi
suku Aceh, yang masuk ke daerah Kalimantan disebut suku Dayak, yang ke
Jawa Barat disebut suku Sunda, yang masuk ke Sulawesi disebut suku Bugis
dan Tanah Toraja, dan mereka yang masuk ke daerah Jambi disebut suku
Kubu (Lubu).
Bangsa Melayu dapat di bedakan menjadi 2, yaitu :
1. BANGSA MELAYU TUA (PROTO MELAYU)
Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia (Yunan) yang
pertama kali ke Nusantara pada sekitar 1500 SM. Mereka datang ke
Nusantara melalui dua jalan.
- Jalan barat dari Yunan (Cina Selatan) melalui Selat Malaka (Malaysia) masuk ke Sumatra masuk ke Jawa. Mereka membawa alat berupa kapak persegi.
- Jalan utara (timur) dari Yunan melalui Formosa (Taiwan) masuk ke Filipina kemudian ke Sulawesi kemudian masuk ke Irian. Mereka membawa alat kapak lonjong.
Bangsa Melayu Tua ini memiliki kebudayaan batu sebab alat-alatnya terbuat dari batu yang sudah maju, yakni sudah dihaluskan, berbeda dengan manusia purba yang alatnya masih kasar dan sederhana. Hasil budaya mereka dikenal dengan kapak persegi yang banyak ditemukan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Adapun kapak lonjong banyak digunakan mereka yang melalui jalan utara, yakni Sulawesi dan Irian. Menurut penelitian Von Heekern, di Kalumpang, Sulawesi Utara telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang dibawa orang Austronesia yang datang dari arah utara Indonesia melalui Formosa (Taiwan), Filipina, dan Sulawesi.
2. BANGSA MELAYU MUDA (DEUTERO MELAYU)
Bangsa Melayu Muda yang disebut juga Deutero Melayu datang dari daerah
Yunan (Cina Selatan) sekitar 500 SM. Mereka masuk ke Nusantara melalui
jalan barat saja. Bangsa Melayu Muda berhasil mendesak dan bercampur
dengan bangsa Proto Melayu. Bangsa Deutero Melayu masuk melalui Teluk
Tonkin (Yunan) ke Vietnam, lalu ke Semenanjung Malaka, terus ke Sumatra,
dan akhirnya masuk ke Jawa.
Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan
dengan Proto Melayu. Mereka sudah dapat membuat barang-barang dari
perunggu dan besi. Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong,
kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutero Melayu
juga mengembangkan kebudayaan Megalitikum, yaitu kebudayaan yang
menghasilkan bangunan yang terbuat dari batu besar. Hasil-hasil
kebudayaan Megalitikum, misalnya, menhir (tugu batu), dolmen (meja
batu), sarkofagus (keranda mayat), kubur batu, dan punden berundak. Suku
bangsa Indonesia yang termasuk keturunan Melayu Muda (Deutero Melayu)
adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis.
Sebelum kelompok bangsa Melayu memasuki Nusantara, sebenarnya telah ada
kelompokkelompok manusia yang lebih dahulu tinggal di wilayah tersebut.
Mereka terma-suk bangsa primitif dengan budayanya yang masih sangat
sederhana. Mereka yang termasuk bangsa primitif adalah sebagai berikut.
- Manusia Pleistosin (purba)Kehidupan manusia purba ini selalu berpindah tempat dengan kemampuan yang sangat terbatas. Demikian pula kebudayaannya sehingga corak kehidupan manusia purba ini tidak dapat diikuti kembali, kecuali beberapa aspek saja. Misalnya, teknologinya yang masih sangat sederhana (teknologi paleolitik).
- Suku WedoidSisa-sisa suku Wedoid sampai sekarang masih ada, misalnya, suku Sakai di Siak serta suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang. Mereka hidup dari meramu (mengumpulkan hasil hutan) dan berkebudayaan sederhana. Mereka juga sulit sekali menyesuaikan diri dengan masyarakat modern.
- Suku Negroid
Di Indonesia sudah tidak terdapat lagi sisa-sisa kehidupan suku Negroid. Akan tetapi, di pedalaman Malaysia dan Filipina keturunan suku Negroid masih ada. Suku yang termasuk ras Negroid, misalnya, suku Semang di Semenanjung Malaysia dan suku Negrito di Filipina. Mereka akhirnya terdesak oleh orang-orang Melayu Modern sehingga hanya menempati daerah pedalaman terisolir.
PENGARUH PERKEMBANGAN BUDAYA BASCON-HOABINH, DONGSON, DAN INDIA DENGAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT AWAL DI KEPULAUAN INDONESIA
KEBUDAYAAN BASCON-HOABINH
Di Pegunungan Bacson dan di Provinsi Hoabinh dekat Hanoi, Vietnam, oleh
peneliti Madeleine Colani ditemukan sejumlah besar alat yang kemudian
dikenal dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh. Jenis alat serupa juga
ditemukan di Thailand, Semenanjung Melayu, dan Sumatra.
Peninggalan-peninggalan di Sumatra berupa bukit-bukit kerang yang
dinamakan kjokkenmoddinger (sampah dapur) yang memanjang dari Sumatra
Utara sampai Aceh.
Ciri dari kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah penyerpihan pada satu atau
dua sisi permukaan batu kali yang berukuran satu kepalan dan bagian
tepinya sangat tajam. Hasil penyerpihannya menunjukkan berbagai bentuk,
seperti lonjong, segi empat, dan ada yang bentuknya berpinggang. Di
wilayah Indonesia, alat-alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di
Papua, Sumatra, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Penyebaran kebudayaan
Bacson-Hoabinh bersamaan dengan perpindahan ras Papua Melanesoid ke
Indonesia melalui jalan barat dan jalan timur (utara). Mereka datang di
Nusantara dengan perahu bercadik dan tinggal di pantai timur Sumatra dan
Jawa, namun mereka terdesak oleh ras Melayu yang datang kemudian.
Akhirnya, mereka menyingkir ke wilayah Indonesia Timur dan dikenal
sebagai ras Papua yang pada masa itu sedang berlangsung budaya
Mesolitikum sehingga pendukung budaya Mesolitikum adalah Papua
Melanesoid. Ras Papua ini hidup dan tinggal di gua-gua (abris sous
roche) dan meninggalkan bukit-bukit kerang atau sampah dapur
(kjokkenmoddinger). Ras Papua Melanesoid sampai di Nusantara pada zaman
Holosen. Saat itu keadaan bumi kita sudah layak dihuni sehingga menjadi
tempat yang nyaman bagi kehidupan manusia.
Penyelidikan kjokkenmoddinger dilakukan oleh Dr. P.V. Van Stein
Callenfels tahun 1925. Juga banyak ditemukan kapak genggam yang kemudian
dinamakan kapak Sumatra, terbuat dari batu kali yang dibelah, sisi
luarnya tidak dihaluskan, dan sisi dalamnya dikerjakan sesuai dengan
keperluan. Jenis lain adalah kapak pendek (hache courte), bentuknya
setengah lingkaran, bagian tajamnya pada sisi lengkung. Ditemukan pula
batu penggiling (pipisan) sebagai penggiling makanan atau cat merah,
ujung mata panah, flakes, dan kapak Proto Neolitikum.
Ras Papua Melanesoid hidup masih setengah menetap, berburu, dan bercocok
tanam sederhana. Mereka hidup di gua dan ada yang di bukit sampah.
Manusia yang hidup di zaman budaya Mesolitikum sudah mengenal kesenian,
seperti lukisan mirip babi hutan yang ditemukan di Gua Leang-Leang
(Sulawesi). Lukisan tersebut memuat gambar binatang dan cap telapak
tangan.
Mayat dikubur dalam gua atau bukit kerang dengan sikap jongkok, beberapa
bagian mayat diolesi dengan cat merah. Merah adalah warna darah, tanda
hidup. Mayat diolesi warna merah dengan maksud agar dapat mengembalikan
kehidupannya sehingga dapat berdialog. Kecuali alat batu, juga ditemukan
sisa-sisa tulang dan gigi-gigi binatang seperti gajah, badak, beruang,
dan rusa. Jadi, selain mengumpulkan binatang kerang, mereka pun memburu
binatang-binatang besar.
Di daerah Sumatra alat-alat batu jenis kebudayaan Bacson-Hoabinh
ditemukan di Lhokseumawe dan Medan. Di Pulau Jawa, alat kebudayaan yang
sejenis kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di daerah sekitar Bengawan
Solo, yakni bersamaan waktu penggalian fosil manusia purba. Peralatan
yang ditemukan dibuat dengan cara yang sederhana, belum diserpih dan
belum diasah. Alat tersebut diperkirakan dipergunakan oleh jenis
Pithecanthropus erectus di Trinil, Jawa Timur.
KEBUDAYAAN DONGSON
Kebudayaan Dongson diambil dari salah satu nama daerah di Tonkin.
Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara biasa dinamakan kebudayaan Dongson.
Di daerah ini ditemukan bermacam-macam alat yang dibuat dari perunggu.
Di samping itu juga ditemukan nekara dan kuburan. Bejana yang serupa
dengan yang ditemukan di Kerinci dan Madura juga ditemukan di sana, di
daerah Tonkin itulah kebudayaan perunggu berasal.
Pengolahan logam menunjukkan taraf kehidupan yang semakin maju, sudah
ada pembagian kerja yang baik, masyarakatnya sudah teratur. Teknik
peleburan logam merupakan teknik yang tinggi.
Kenyataan tersebut menunjukkan kepada kita mengenai adanya hubungan erat
antara Indonesia dengan Tonkin, yaitu kebudayaan logam di Indonesia
termasuk kelompok kebudayaan logam di Asia yang berpusat di Dongson.
Dari daerah inilah datang kebudayaan logam secara bergelombang lewat
jalur barat, yaitu Malaysia. Pendukung kebudayaan ini adalah bangsa
Austronesia, juga pendukung kapak persegi. Di Indonesia, penggunaan
logam telah dilakukan sejak beberapa abad sebelum Masehi, yaitu pada
tahun 500 SM berupa hasil perunggu dan perhiasan perunggu, sedangkan
alat dari besi berupa mata kapak, mata pisau, mata pedang, dan cangkul.
Zaman perunggu di Indonesia masuk kebudayaan perundagian. Peranan
perunggu dan besi sangat besar terutama dalam penggunaan alat kehidupan.
Budaya Dongson sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan budaya
perunggu di Nusantara. Nekara perunggu yang telah dibuat di Kepulauan
Indonesia seperti Sumatra, Jawa, dan Maluku Selatan sebagai salah satu
bukti pengaruh yang kuat dari budaya Dongson. Beberapa nekara yang
ditemukan di Indonesia mempunyai nilai yang penting, misalnya, di
Makalaman dekat Sumba (berisi hiasan gambar menyerupai pakaian Cina dari
dinasti Han) dan nekara dari Kepulauan Kei, Maluku (berisi hiasan lajur
mendatar bergambar kijang). Berdasarkan kesimpulan para ahli, ada
kemungkinan daerah-daerah itu tidak membuatnya sendiri, melainkan
berasal dari Cina karena ada gaya hiasan model negeri Cina. Adapun
nekara yang ditemukan di daerah Sangeng dekat Sumbawa oleh Heine Geldern
mungkin berasal dari Funan.
Perkembangan budaya logam di Indonesia dapat diketahui dengan jelas
adanya pengaruh budaya Dongson yang menyebar ke seluruh Nusantara. Ada
beberapa daerah penting dalam perkembangan logam di Nusantara.
- Budaya logam awal di JawaDi Pulau Jawa terdapat peninggalan logam pada tahap awal, berada di dalam peti kubur batu (sarkofagus) di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Diperkirakan sebagai bekal kubur yang berupa peralatan dari besi.
- Budaya logam awal di SumatraDi Pasemah, Sumatra Barat, terdapat kubur batu yang dibekali manik-manik kaca dan sejumlah benda logam berupa tombak besi dan peniti emas.
- Budaya logam awal di Sumba, Nusa TenggaraDi Sumba, Nusa Tenggara, terdapat tradisi pengu-buran dengan membawa bekal kubur yang berupa logam yang diletakkan di dekat peti si mati. Namun, di sana juga sudah ditemukan peralatan rumah tangga seperti bejana dan tembikar kecil yang terbuat dari logam.
- Budaya logam awal di BaliTidak berbeda dengan daerah lain, di Bali kita temukan benda logam sebagai bekal kubur. Jadi, dapat kita ketahui bahwa budaya logam ternyata sudah berkembang di Nusantara. Banyak kita temukan bekal kubur terbuat dari logam, ini berarti mereka menghormati roh nenek moyangnya yang sudah mati dengan barang yang berharga. Namun, kita juga menemukan alat kehidupan yang terbuat dari logam di tengah masyarakat pada masa lalu, misalnya, pisau, tombak, panah, dan patung.
KEBUDAYAAN INDIA
Sejak zaman praaksara, penduduk Indonesia dikenal sebagai pelaut dan
sanggup mengarungi lautan luas. Ahli ilmu bumi bangsa Yunani bernama
Claudius Ptolomeus menyebutkan bahwa ada sebuah pulau bernama Zabadiu,
yang dimaksud adalah Yavadwipa atau Pulau Jawa atau terkenal dengan
sebutan Pulau Padi.
Menurut Hornell, perahu-perahu bercadik adalah milik khusus bangsa
Indonesia. Perahu bercadik juga ada di India Selatan akibat pengaruh
dari Indonesia sebab di sana terdapat suku Thanar yang
bermatapencaharian budi daya kelapa dan berdagang dengan pedagang
Indonesia.
Hubungan dagang antara Indonesia – India ternyata menambah kemampuan
untuk saling bertukar kebudayaan, pengaruh agama dan budaya India masuk
ke Nusantara. Hubungan dagang tersebut merupakan faktor utama terjadinya
kontak Indonesia – India yang menyebabkan penyebaran budaya India ke
Indonesia. Namun demikian, unsur Indonesia kuno tetap kuat tampak
dominan, misalnya, kasta tidak berjalan dengan baik di Indonesia, bahkan
cenderung tidak ada. Hasil seni candi di Indonesia yang menonjol pada
masa Indonesia kuno adalah pembangunan candi-candi besar.
Bukti pengaruh budaya India di Indonesia sebagai berikut.
- Adanya arca Buddha dari perunggu di Sempaga (Sulawesi Selatan) sebagai bukti tertua bergaya amarawati (gaya India Selatan), arca sejenis juga ditemukan di Jember dan Bukit Siguntang, Sumatra Selatan. Arca Buddha lainnya yang ditemukan di Kota Bangun, Kutai, bergaya gandhara (gaya India Utara).
- Ditemukan prasasti di Kerajaan Kutai dan Tarumanegara yang terpengaruh India, yaitu berbahasa Sanskerta dan berhuruf Pallawa.
- Adanya bangunan candi dan arca yang terpengaruh Hindu dan Buddha.
- Adanya prasasti Sriwijaya yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno berhuruf Pallawa yang sudah menonjol unsur Indonesianya.
- Adanya bukti arkeologi di Indonesia bahwa pengaruh India ada dalam budaya Nusantara.
- Dalam berbagai hal pengaruh India itu terlihat. Di bidang pemerintahan muncul kerajaan, dalam bidang kebudayaan pengaruh India melahirkan candi megah di Nusantara, misalnya, candi Borobudur, Prambanan, di bidang sosial melahirkan ikatan-ikatan desa dan ikatan feodal.
PERADABAN AWAL MASYARAKAT DI DUNIA
Peradaban Sungai Indus (INDIA)
Berdasarkan hasil penggalian yang dilakukan oleh RD
Bannerji dan Sir Jhon Marshall tahun 1922 di kota
Mohenjodaro dan Harappa ditemukan antara lain:
- Dua buah patung yang coraknya berbeda yaitu: Patung laki-laki sebatas dada dan patung seorang penari
- Terdapat bekas bangunan rumah bertingkat yang sudah beberapa kali mengalami kehancuran (6 – 7 lapis).
- Ditemukan meterai yang berfungsi sebagai hiasan keagamaan dan dianggap mempunyai kesaktian.
- Ditemukan patung Dewi Ibu/Dewi Kesuburan.
- Bangsa yang mendiami daerah tersebut adalah suku DRAVIDA yang pada tahun 1500 SM diserbu oleh suku bangsa ARYA (Indo Jerman) sehingga suku asli terdesak ke Selatan yaitu dataran tinggi Dekhan.
- Mengenal ajaran Karma Samsara
Teknologi yang dimiliki sangat tinggi yaitu telah membuat
pakaian dari kapas, alat pertanian, alat rumah tangga, bangunan, dan membuat
perhiasan dari emas, perak, batu, serta membuat senjata panah, tombak dan
kapak. Kepercayaan bangsa Dravida berupa politheisme dengan memuja dewa langit,
dewa bulan, dewa api, dewa air, dan dewa ibu sebagai dewi kesuburan.
Peradaban Lembah Sungai Kuning (CHINA)
Kehidupan masyarakatnya bercocok tanam dengan memanfaatkan
aliran sungai Kuning seperti: gandum, padi, jagung, Teh dan kedelai. Karena
daerahnya yang subur menjadi pusat perhatian bangsa Asia Tengah (Mongol)
sehingga berlaku hokum tantangan dan jawaban. Tantangannya yaitu :
Bangsa-bangsa ganas di Asia Tengah selalu memusatkan perhatiannya pada lembah
Sungai Kuning yang subur. Jawabannya: Karena serangan yang terus menerus
maka kaisar China membangun tembok besar (The Great Wall Of China)
panjangnya: 2000 mil, Lebar: 5 meter, dan tingginya: 11 meter. Pada masa
pemerintahan Dinasti Chou hubungan antara daerah satu sama lain belum lancer
sehingga tugas pengawasan di daerah diserahkan pada para bangsawan rendahan (Vazal).
Untuk membalas kebaikan mereka maka kaisar memberikan pinjaman tanah yang pada
akhirnya melahirkan sistem Feodal. Selain itu terdapat ajaran filsafat Kong
Hu Chu yang pada prinsipnya adalah pembinaan kehidupan yang selaras dengan
alam, keluarga dan leluhur. Ajaran ini lahir karena terjadi pertentangan antara
para vazal dan manusia terlena dengan urusan keduaniaan. Juga lahir ajaran Taoisme
oleh Lao-Tze yang mengatakan bahwa ada kekuatan gaib yang mengatur keadilan dan
ketertiban di alam semesta yang disebut TAO. Keadilan dan ketenteraman akan
tercapai apabila orang akan tunduk pada ajaran TAO.
Peradaban ini diperkirakan ada sejak
tahun 3000 SM. Bangsa Cina umumnya tinggal di Lembah Sungai Hoang Ho dan Yang
Tse Kiang. Lembah Hoang Ho dan Yang Tse Kiang merupakan daerah yang subur dan
dikembangkan pertanian dengan hasil gandum, padi, jagung, teh, kedelai dan murbai. Juga dihasilkan barang dari keramik
dan sutra yang diperdagangkan sampai ke luar Cina. Selain pertanian dan
perikanan, bangsa Cina juga mengembangkan peternakan yaitu memelihara ulat
sutra, kuda, sapi, babi, kambing, dan sebagainya. Teknologi berkembang pesat di
mana dapat dihasilkan perhiasan, alat rumah tangga, pisau, pedang, tombak,
cangkul, dan sabit. Kepercayaan bangsa Cina bersifat politheisme atau memuja
banyak dewa yang menguasai kekuatan alam, misal Dewa Feng Pa (Dewa Angin) dan
Dewa Lei Shih (Dewa Topan). Selain itu juga, Dewa T’ai shan yaitu 4 dewayang
menguasai bukit suci sebagai dewa yang tinggi.
Bentuk pemerintahan Cina berupa
kerajaan, di mana pada masa Dinasti Ch’in menganut asas desentralisasi. Wilayah
negara dibagi atas 36 provinsi. Setiap provinsi dikepalai gubernur. Gubernur
bertanggung jawab secara langsung kepada kaisar. Sedangkan pada masa Dinasti
T’ang, pemerintahan menganut pola sentralisasi. Wilayah kerajaan dibagi atas 10
provinsi dan segala sesuatu diatur oleh pemerintah pusat.
Peradaban Lembah Sungai Tigris dan Eufrat (MESOPOTAMIA)
Wilayahnya sangat subur karena diapit oleh dua sungai besar yaitu Tigris dan Eufrat. Mata pencaharian penduduknya adalah pertanian (Kedelai dan jewawut), Peternakan (domba, lembu dsb) dan perdagangan (antara Laut Tengah, India, Asia Tengah, Teluk Persia dan Laut Merah ). Kepercayaan masyarakatnya Polytheisme, seperti: Dewa Air (Enki), Dewa langit (Anu), Dewa Bumi (Enlil), Dewa Api dan Dewa Kesuburan (Marduk). Khusus untuk Dewa Marduk dibuatkan patung wanita yang menggambarkan dewi kesuburan dan dibuatkan Ziggurat (bangunan dari tanah liat yang dibangun di atas gundukan tanah). Dalam bidang lain mereka mengenal:
- Tulisan Paku pada lempengan batu tentang UU Hammurabbi yang berisi 280 pasal UU Hammurabi (Codex Hammurabi).
- Dalam bidang astronomi mengenal khatulistiwa dibagi menjadi 3600 mengenal bintang dan planet.
- Mengenal sistem kalender berdasarkan perhitungan bulan.
- Mengenal pembagian waktu (jam, menit, detik) dan menghitung dengan satuan 60-an (sixadesimal). Bangsa yang mendiami daerah ini adalah Bangsa Sumeria lalu di kalahkan oleh suku Amoria dari Indo Jerman dan mendirikan kerajaan Babylonia I dengan Raja Hammurabbi. Tahun 750 SM dikalahkan oleh bangsa Assyria dengan Raja Ashurbanipal. Tahun 612 SM bangsa Assyria dikalahkan oleh bangsa Kaldea yang membangun kerajaan Babylonia II dengan Raja Nebukadnezar. Tahun 536 SM menjadi rebutan bangsa Media dan Persia yang dimenangkan oleh Persia. Persia memerintah di atas wilayah Mesopotamia yang subur dengan raja pertama R Cyrus (550 SM) dilanjutkan oleh Darius Agung (521-485 SM).
Peradaban Lembah Sungai Nil (MESIR KUNO)
Corak
kehidupan masyarakatnya agraris dengan hasil utamanya adalah gandum dan kapas.
Kepercayaan masyarakatnya adalah Polytheisme seperti Dewa RA (matahari), Dewa
Bulan (Amon) lalu disatukan menjadi dewa AMONRA. Untuk memuja dewa ini
dibuatkan Obelisk (Tugu batu runcing berbentuk segitiga yang dihiasi
dengan tulisan gambar) juga percaya pada dewa Thot (pengetahuan), dewa Anubis
(kematian), Osiris (pengadilan), Issis (dewa Sungai Nil), Dewa Apis berbentuk
Sapi, Dewa Ibis berbentuk burung. Mereka juga percaya pada roh-roh leluhur yang
akan mengubah bentuk pemakaman menjadi pengawetan mayat (MUMMIA) yang
disimpan dalam Pyramida. Dalam Pyramida terdapat patung singa berkepala manusia
(Sphinx). Dalam bidang lain , selain pengawetan mayat juga mengenal
penguburan mayat dengan cara jongkok, mengenal tulisan gambar, mengenal ilmu
perbintangan dan sistem kalender. Dalam bidang pemerintahan dipimpin oleh Fir’aun
(Pharaos) yang dipuja sebagai Tuhan. Rakyat harus taat dalam membayar pajak
dan wajib kerja untuk pengabdian terhadap Fir’aun. Namun pada akhirnya Fir’aun
dianggap sebagai manusia biasa dan kepercayaan mereka monotheisme dengan dewa
Matahari sebagai dewa yang tunggal.
Sungai nil membawa pengaruh daerah sekitar
menjadi subur karena bila banjir membawa lumpur. Hal ini mendasari pendapat
sejarawan Yunani Herodotus menyebutkan Mesir sebagai hadiah Sungai Nil.
Peradaban Mesir yang maju disebabkan adanya Sungai Nil yang selalu banjir
setiap tahun. Raja dibantu oleh pejabat tinggi yaitu perdana menteri. Peradaban dibuktikan dengan bangunanan Mesir dapat dibuktikan dari
bangunan Pyramida (kuburan raja Mesir), Mustaba (tempat penyimpanan mayat/
mummy), Sphinx (Patung berbadan singa dan berkepala manusia), Istana Gize
Karmak luxor dan kuil agung di Abu sinbel. Bangsa Mesir mengenal tulisan Hierog
Lyph tulisan berupa gambar, misal batu Rosetta dapat dibaca oleh Champolion
pada tahun 1800 . Dengan tulisan Hieroglyph, bangsa Mesir menuliskan masalah agama,
pemerintahan, ekonomi, dan sebagainya. Di bidang Astronomi, bangsa Mesir telah
mengenal peredaran bumi, matahari, bintang, kalender 365 hari, dan ilmu
perbintangan untuk keperluan pertanian.
BUDAYA LOGAM DI INDONESIA
Nekara Perunggu
Nekara adalah semacam genderang dari perunggu
yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Nekara berfungsi sebagai mas kawin atau
barang pusaka.
Kapak Perunggu/Kapak Corong
kapak corong terutama di temukan di daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali,
Sulawesi Tengah dan Selatan. Bentuk kapak ini sangat beragam, salah satunya di sebut candrasa, kapak
ini memiliki bentuk yang sangat indah dan penuh hiasan, fungsinya sebagai tanda
kebesaran dan alat upacara
Bejana perunggu
ditemukan ditepi danau kerinci dan di madura. Bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Selain di madura dan kerinci bejana ini juga ditemukan didaerah pnom penh (kamboja)
ditemukan ditepi danau kerinci dan di madura. Bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Selain di madura dan kerinci bejana ini juga ditemukan didaerah pnom penh (kamboja)
Perhiasan perunggu
gelang, kalung, cincin dll. Benda-benda seperti ini banyak ditemukan di bogor bali dan malang
gelang, kalung, cincin dll. Benda-benda seperti ini banyak ditemukan di bogor bali dan malang
Arca-arca perunggu
banyak ditemukan arca-arca yang menggambarkan orang yang sedang memanah, menari, naik kuda, dan ada juga yang menggambarkan bentuk hewan kuda, kerbau, dan bentuk arca sangatlah kecil-kecil yaitu, 5-15 cm. Arca tersebut ditemukan di bangkinang (riau), lumajang, bogor dan palembang.
banyak ditemukan arca-arca yang menggambarkan orang yang sedang memanah, menari, naik kuda, dan ada juga yang menggambarkan bentuk hewan kuda, kerbau, dan bentuk arca sangatlah kecil-kecil yaitu, 5-15 cm. Arca tersebut ditemukan di bangkinang (riau), lumajang, bogor dan palembang.
- Teknik bivalve
Teknik ini menggunakan dua cetakan yang dirapatkan dan diberi lubang di atasnya dan dapat digunakan berkali-kali, dan biasanya untuk benda-benda yang pejal (tidak berongga) - Teknik a cire perdue
Teknik ini diawali dengan mebuat bentuk benda dengan logam dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya, kemudian diberi hiasan. Setelah itu di bungkus lagi dengan tanah liat yang lunak. Bagian atas dan bawahnya diberi lubang. Dari lubang atas dituangkan perunggu cair, dan dari lubang bawah mengalir lilin meleleh. Bila telah dingin cetakan di pecah untuk mengambil benda jadi. Dan teknik ini hanya dapat dipakai sekali saja
Semoga bermanfaat untuk anda dan selamat belajar, terimakasih :)
1 comments:
commentsmerit casino【VIP】best virtual money online
Reply› status-casino › status-casino Sep 2, 2021 — Sep 2, 2021 Slot machine jackpot 카지노사이트 prize at 【JAP】best virtual money online casino,【WG98.vip】⚡, 메리트카지노총판 best virtual money online slots casino,】⭐️ jackpot prize fun88 soikeotot Rating: 4.1 44 votes