SEJARAH ISLAM DI AFRIKA

Islam Di Afrika


Afrika adalah tempat bermacam-macam bangsa dan kebudayaan yang banyak sekali. Afrika adalah negeri dengan pertentangan yang sangat mencolok dan keindahan yang liar. Di sana juga terdapat banyak masalah termasuk perang, kelaparan, kemiskinan, dan masalah penyakit. Di Afrika terdapat gurun Sahara yang merupakan gurun pasir terbesar di dunia. Gurun itu terbentang mulai dari samudra Atlantik di barat hingga laut merah di sebelah timur. Sahara meliputi seperempat dari seluruh benua itu.
 
Realitas wilayah Afrika merupakan daerah yang berada dibawah kekuasaan kekaisaran Romawi, yaitu sebuah kekaisaran yang super power pada masa itu. Dalam sejarah peradaban dunia, bahwa kaisar-kaisar Romawi dikenal sebagai penguasa yang kejam, lalim dan berdarah penjajah. Namun pada kenyataannya, justru Islam dapat berkembang di Afrika dan populasi penduduk muslimnya mencapai 75 juta dari 500 juta jumlah populasi umat muslim seluruh dunia. Di Afrika juga terdapat dinasti-dinasti yang ikut terlibat dan mewarnai Islamisasi di wilayah tersebut.
 
Berkaitan dengan hal diatas, makalah ini membahas tentang bagaimana perjalanan penyebaran Islam di wilayah Afrika  (khususnya Afrika Utara dan Sub Sahara) sehingga Islam dapat diterima di wilayah yang telah dikuasai oleh penguasa-penguasa Romawi tersebut dan dinasti apasaja yang telah berkuasa dalam sejarah perjalanan islam di afrika.





 ISLAMISASI DI AFRIKA DARI MASA KE MASA

Nama Afrika berasal dari bahasa latin, yaitu Africa terra yang berarti tanah Afri. Afrika merupakan benua terluas nomor dua setelah Asia, yaitu 20 % dari seluruh total daratan bumi dan penduduknya mencapai sepertujuh dari seluruh populasi dunia. Sebutan bagi penduduk Afrika biasa dikenal dengan nama Berber dan Negro. Bangsa Negro sangat majemuk, bahkan  mendominsi dari jumlah penduduk di benua Afrika, aktifitas keagamaannya sangat beragam yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
 
Afrika utara  adalah bagian dari daerah di benua Afrika di mana budaya dan penduduknya berbeda dengan daerah-daerah di Afrika lainnya. Afrika Utara adalah sebuah kehidupan masyarakat Berber yang bersifat kesukuan, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan patriarkhi. Penduduk Afrika Utara sebagian besar termasuk ras kulit putih dan merupakan penutur bahasa Afro-Asia. Sebelum Islam masuk ke daerah Afrika Utara, daerah ini merupakan daerah dibawah kekuasaan Romawi. 

Secara geografis, Afrika Utara merupakan wilayah bergurun. Dalam terminologi Arab, daerah ifriqiyah merupakan bagian dari Afrika Utara yaitu wilayah Libya, Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko. Seluruh wilayah tersebut oleh orang-orang Arab dikenal dengan sebutan Al-Maghribi.

Penyebaran Islam di Afrika bermula pada masa Nabi Muhammad ketika ada kontak pertama kali antara Islam dengan Afrika, yaitu setelah para sahabat hijrah ke Habsyi dan mendapatkan sambutan baik dari raja Najjasyi maupun penduduk setempat. 

Penyebaran Islam kemudian dilanjutkan pada masa Khalifah Umar Ibn Khattab dengan mengutus Amr ibn 'Ash. Pasukan muslim dibawah panglima Amr ibn 'Ash berhasil memasuki Mesir dengan mengelahkan tentara Bizantium yaitu pada tahun 639-644 M, dan mendirikan kota Fusthat sebagai ibu kota pertama di wilayah Afrika.

Penyebaran Islam ke wilayah Afrika kemudian dilanjutkan oleh khalifah ke tiga yaitu Khalifah Utsman ibn Affan dengan mengirim Abdullah ibn Sa’ad ibn Abi Sarah yang berhasil mengalahkan tentara Romawi di Laut Tengah dan mengalahkan tentara Bizantium dan terus maju sampai ke Barqah dan Tripoli dan terus merangsek sampai ke daerah Carthage, yaitu ibu kota Romawi di Afrika Utara.

Perluasan wilayah Afrika sedikit terganggu dengan adanya suhu politik di Madinah yang kurang mendukung sehingga perluasan wilayah tidak memungkinkan untuk dilanjutkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Raja Konstantine III untuk merebut kembali kekuasaannya atas wilayah Afrika. 

Penyebaran Islam mengalami kemajuan pesat ketika pada masa Muawiyah ibn Abi Sofyan dengan mengutus seorang yang bernama Uqbah ibn Nafi' menjadi gubernur di Afrika pada 666 M dan menjadikan kota Qayrawan sebagai ibu kota. Dengan keberaniannya, ia membersihkan pengacau dan sekaligus memulihkan keadaan, ia merupakan orang pertama yang menembus padang pasir Sahara

Masuknya Islam ke Afrika Utara merupakan moment penting bagi masa depan Islam secara keseluruhan di benua Afrika dan daratan eropa yang selama berabad-abad berada dibawah kekuasaan Kristen. Dalam peradaban Islam, Afrika Utara tidak dapat dilupakan begitu saja. Hal ini dikarenakan Afrika Utara merupakan pintu masuk dari sentral penyebaran Islam, yakni Timur Tengah. 

Bukti kemajuan di Afrika Utara dalam peradaban Islam adalah dalam bidang arsitektur, seni, dekorasi dan intelektual. Diantara tokoh yang terkenal dalam bidang intelektual adalah Ibn Batuta (Biologi), Ibnu Khaldun (sosiologi) dan Ibn Zuhr.  

Perjalanan panjang penyebaran Islam tidak serta merta berjalan dengan mudah, akan tetapi melalui beberapa rintangan baik rintangan dari dalam maupun dari luar. Pergolakan politik yang terjadi dalam pemerintahan pada saat itu, dimanfaatkan oleh bangsa Berber untuk melakukan pemberontakan. Pemberontakan silih berganti baik yang dilakukan orang-orang Berber sendiri dengan maksud melepaskan diri dari kekuasaan orang Islam. 

Misalnya, pemboikotan yang dilakukan oleh Kusailah pada masa Muawiyah. Pada tahun 683 M orang-orang Islam di Afrika Utara mengalami kemunduran karena orang-orang Berber di bawah pimpinan Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan 'Uqbah di Tahuza pada saat pulang ke ibu kota Qayrawan. Dia dan pasukannya tewas dalam pertempuran tersebut.


Rintangan dari pihak luar, misalnya, keinginan bangsa Romawiatas wilayah Afrika maupun penjajahan bangsa Eropa.

Pada saat pemerintahan dipegang oleh Abdul Malik ibn Marwan pada masa Daulah Umayyah, Afrika Utara dapat direbut kembali dari kekuasaan Romawi dan berhasil mengalahkan perlawanan bangsa Berber.



DINASTI DINASTI YANG MEWARNAI ISLAMISASI DI AFRIKA

Telah disinggung sebelumnya bahwa 'Uqbah mendirikan kota militer yang termasyhur yaitu Qayrawan di sebelah selatan Tunis. Pendirian ini bertujuan untuk mengendalikan orang-orang Berber yang terkenal ganas dan sukar diatur sekaligus membentengi diri dari orang-orang Romawi. Afrika Utara memasuki babak baru dan Islamisasi dapat dilanjutkan kembali. Sejak saat itu, Afrika Utara melepaskan diri dari wilayah kekuasaan mesir dan berdiri sebagai wilayah tersendiri yang dipimpin oleh seorang gubernur.
 
Pada masa pemerintahan dipegang oleh Musa, Afrika Utara mengalami kemajuan yang pesat dan terjadi perubahan dan membuat stabilitas keamanan serta perubahan yang sangat berarti baik dibidang sosial maupun politik sehingga Islamisasi baru dapat berjalan lancar. Sebagai apresiasi terhadap pasukan muslim bahwa mereka bukan hanya sekedar mengIslamkan kaum Berber semata namun juga mengajarkan pengetahuan yang mendalam mengenai agama tersebut termasuk didalamnya pengetahuan bahasa arab sehingga bahasa arab sebagai bahasa percakapan di Afrika utara sampai sekarang.  

Keberhasilan tersebut tidak lepas atas dukungan kaum Khawarij yang ikut terlibat sehingga Islam benar-benar dapat diterima dan mengakar di kalangan Afrika Utara.

Pergolakan politik yang terjadi pada masa dinasti Umayyah yang mengakibatkan pergantian kekuasaan Bani Umayyah kepada Bani Abbasiah, dan peralihan kekuasaan kekhalifahan Islam dari damaskus di Syiria ke Baghdad di Persia tampaknya tidak dapat dipungkiri sebagai awal munculnya dinasti-dinasti baru di Afrika utara. 
Hampir seluruh wilayah Afrika Utara melepaskan diri dari kekuasaan dinasti Abbasiah.



Di antara dinasti yang muncul di afrika adalah :

DINASTI IDRISIAH

Di wilayah Maroko, Idris ibn Abdullah setelah gagal melakukan pemberontakan terhadap Abbasiah, ia melarikan diri ke Maroko dan mendirikan dinasti Idrisiah (788-974 M) yang beribu kota di Fas. Dinasti ini yang pada akhirnya ditaklukkan oleh panglima Ghalib Billah dari dinasti Umayyah di Andalusia. Idrisyah merupakan dinasti Syi'ah pertama dalam sejarah Islam. Idrisiyyah adalah dinasti pertama yang berupaya memasukkan doktrin Syi'ah, meskipun dalam bentuk yang sangat lunak, ke Maghrib. Sebelumnya, wilayah itu didominasi oleh kaum Khawarij.
Periode Idrisiyah sangat penting bagi penyebaran kultur Islam di kalangan masyarakat Berber di dalam negeri. Namun selama pemerintahan Muhammad al-Muntashir, berbagai wilayah kekuasaan Idrisiyah terpecah secara politis sehingga menjadi mangsa serangan musuh-musuh mereka yaitu Berber, terutama abad ke sepuluh dengan munculnya dinasti Fathimiyah.



DINASTI RUSTAMIYAH


Dinasti ini didirikan oleh Abdurrahman ibn Rustam. Ia merupakan pemimpin suku Berber dari jabal Nefusa yang menganut faham Kharijiyah sekte Ibadiyah, berhasil menduduki Tripoli dan Qayrawan. Selanjutnya pada tahun 761 M, ia pergi ke Aljazair barat dan mendirikan basis Kharijiyah yang kemudian dinamakan dinasti Rustamiyah yang beribu kota di Tahert (Al-Jazair). Dinasti ini bertahan sampai tahun 909 M. Rustamiyah memiliki nilai penting bagi sejarah Islam Afrika Utara yang tidak sebanding dengan masa dan lingkup kekuasaan politis mereka.
 
Mayoritas Berber Afrika Utara menganut sekte Kharijiyah yang radikal, equalitarian, dan religio-politis, yang merupakan bentuk protes terhadap dominasi tuan-tuan mereka yang Arab dan ortodok. Sementara di Timur, Kharijiyah merupakan sekte minoritas yang ekstrim dan kasar.Sedangkan di Barat, Kharijiyah merupakan sebuah gerakan massa yang lebih moderat. Namun dengan bangkitnya Fathimiyah yang Syi'ah di Maroko berakibat fatal bagi Rustamiyah (777-909 M) dan berakhirlah dinasti ini sebagaimana bagi dinasti-dinasti lokal lainnya. 
Di bawah Rustamiyah, Tahart mengalami kemakmuran material yang luar biasa, menjadi terminal di Utara dari salah satu rute kafilah trans-Sahara.




DINASTI AGHLABIYAH

Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang berkuasa selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M), dan berpusat di Sijilmasa. Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria dan Sisilia. Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Aghlab. Ayah Ibrahim ibn Al-Aghlab adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M, Ibrahim diberi profinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun Al-Rasyid sebagai imbalan atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar. Pemberian ini meliputi hak-hak otonomi yang besar.
Pada masa Ziyadatullah I, dimulailah proyek merebut Sisilia dari tangan Bizantium. Penaklukan ini agar dapat mengalihkan energi fanatis ke jihad melawan orang-orang kafir. Dengan demikian akhirnya Sisilia berada dibawah penguasa muslim Aghlabiyah untuk pertama kalinya. Wilayah ini merupakan pusat penting bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa. Keberhasilan pada masa Aghlabiyah adalah membangun masjid Agung Qayrawan dan masjid Tunis.





DINASTI MURABBITUN

Dinasti Murabbitun adalah salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Maghribi. Mula-mula pemimpin Shanhaja, Yahya ibn Ibrahim, berangkat haji dan sekembalinya dari Arabia, dia mengundang seorang alim yang terkenal di Maroko yaitu Abdullah ibn Yasin untuk berdakwah ditengah kaumnya. Kelompok ini berawal dari 1000 anggota pejuang yang kegiatan mereka menyebarkan agama Islam dengan mengajak suku-suku lain untuk memeluk agama Islam. Wilayah mereka meliputi Afrika Barat Daya dan Andalus dengan beribu kota di Marakesyi (1056-1147).
Pada saat kepemimpinan dipegang oleh Abu Bakar, ia meneruskan penaklukan ke Sahara Maroko dan lambat laun mengembangkan sistem kesultanan. Dan pada masa kepemimpinan Yusuf Tasyfin, Murabbitun mengalami kejayaan dan menyeberang ke Spanyol kemudian berhasil merebut Granada dan Malaga. Mulai saat itulah ia memakai gelar Amir al-Mukminin.





DINASTI AL MUWAHHIDUN

Berdirinya dinasti al-Muwahhidun (1130-1269 M) ini berangkat dari reaksi kekecewaannya atas al-Murabbitun yang telah melanggar dan banyak menyimpang dari aqidah. Dinasti al-Muwahhidun dapat mengalahkan Murabbitun dan menjadikan Marakesy sebagai ibu kota,  dan kekuasaannya meliputi sebagian wilayah Andalus. Arakesy merupakan daerah yang tidak kalah pentingnya dengan Baghdad yaitu sebagai kota peradaban dan ilmu pengetahuan. Abdullah ibn Tumart, seorang sufi masjid Cordova pada masa akhir Murabbitun, melihat kemungkaran dan sepak terjang kaum Murabbitun yang sudah tidak mengikuti aqidah Islam dan berkeinginan untuk memperbaikinya.
 
Setelah ia selesai belajar dengan al-Ghazali, ia pun mengkritik dan mencela perbuatan raja-raja Murabbitun karena menurut keyakinannya tidak mengikuti sunnah Rasul. Pengikut Abdullah disebut muwahhidun yaitu bala tentara tauhid. Meskipun ibn Tumart adalah pencetus dinasti al-Muwahhidun namun ia tidak pernah menjabat sebagai sultan dan justru yang terkenal adalah Abd. al-Ma'mun yang awalnya sebagai panglima dan memimpin selama 33 tahun dan berhasil membawa kemajuan dengan pesat.






DINASTI FATIMIYAH

Berdirinya Dinasti ini bermula menjelang abad ke-X, ketika kekuasaan Bani Abbasiyah di Baghdad mulai melemah dan wilayah kekuasaannya yang luas tidak terkordinir lagi. Kondisi seperti inilah yang telah membuka peluang bagi munculnya Dinasti-Dinasti kecil di daerah-daerah, terutama di daerah yang Gubernur dan sultannya memiliki tentara sendiri. Kondisi ini telah menyulut pemberontakan-pemberontakan dari kelompok-kelompok yang selama ini merasa tertindas serta memberi kesempatan bagi kelompok Syi’ah, Khawarij, dan kaum Mawali untuk melakukan kegiatan politik.
 
Dinasti Fathimiyah bukan hanya sebuah wilayah gubernuran yang independen, melainkan juga merupakan sebuah rezim revolusioner yang mengklaim otoritas universal. Mereka mendeklarasikan adanya konsepimamah yakni para pemimpin dari keturunan Ali yang mengharuskan sebuah redefinisi mengenai pergantian sejarah Imam atau mengenai siklus eskatologis sejarah. Kekhalifahan ini lahir di antara dua kekuatan besar yaitu Abbasiah di Baghdad dan Umayyah di Cordova.
 
Dinasti Fathimiyah berkuasa sekitar tahun 909-1171 M atau kurang lebih 3 abad lamanya. Dinasti ini mengaku keturunan Nabi Muhammad melalui jalur Fatimah az-Zahro. Gerakan ini berhasil merealisir pertama kali pembentukan pemerintahan Syi’i yang eksklusif. Keberhasilan menancapkan doktrin Ismaili, dalam perkembangannya mampu memberi perlindungan imam-imam mereka di Salamiyah, Syria dan telah memudahkan pengorganisasian dakwah Fatimiyah. Meskipun dakwah Fatimiyah ini dimulai sejak dini, namun baru pada masa Abu Ubaidillah Husein, generasi keempat setelah Ismaili, baru mulai berkembang pesat.
 
Ubaidillah merupakan khalifah pertama, ia datang dari Syria ke Afrika Utara menisbahkan nasabnya hingga Fatimah binti Rasulullah, oleh karena dinasti ini dinamakan dinasti Fatimiyah. Dinasti ini semula di Afrika Utara, kemudian di Mesir dan Syria. 
 
dimana propaganda Syi’ah telah berkembang dengan pesat. Ia memimpin dakwahnya dengan memenangkan dukungan luas dari daerah-daerah yang kurang diperhatikan oleh Khalifah Abbasiyah. Lewat para da’i, akhirnya berhasil menjadikan kaum Berber sebagai pendukung kepemimpinan Ubaidillah al-Mahdi. Selanjutnya, atas dukungan besar inilah, ia menumbangkan gubernur-gubernur Aghlabiyah di Ifriqiyah dan Rustamiyah di Tahart.
 
Keberhasilan pemerintahan Fatimiyah ini ditandai dengan pindahnya pusat pemerintahan ke Kairo dengan ibu kota baru di Mesir yaitu al-Qohirah serta Masjid al-Azhar sebagai pusat pendidikan para da’i dan Khalifah al Muizz pindah ke ibu kota baru tersebut. Hampir seluruh daerah Afrika Utara bagian Barat dapat dikuasai Fatimi, terutama setelah menaklukan wilayah Maghrib. Dinasti Fatimiyah ini akhirnya makin berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, karena ditopang dengan kekuasaan yang luas dan mampu membangkitkan berbagai macam aksi yang bersifat wacanis (keilmuan), perdagangan, keagamaan, walaupun peralihan kekuasaan ke wilayah timur, berlahan-lahan melenyapkan kekuasaan mereka dibagian Barat.






ISLAMISASI DI AFRIKA SUB SAHARA


Afrika sub-Sahara adalah istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan negara-negara di benua Afrika yang tidak dianggap termasuk bagian Afrika Utara. 
 
Sejak zaman es, wilayah Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara telah dipisahkan oleh iklim yang luar biasa keras di daerah Sahara yang jarang penduduknya membentuk sebuah rintangan alami yang dilalui hanya oleh sungai Nil. Sungai Nil merupakan jalan utama yang menghubungkan Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara utara dan selatan. Afrika merupakan wilayah penghasil seperempat kekayaan bumi di dunia, namun daerah ini mendapat predikat wilayah termiskin di dunia. Kondisi ini diakibatkan oleh warisan kolonialisme, neokolonialisme, konflik antar etnis dan pergolakan politik yang silih berganti terjadi akibat konflik internal maupun eksternal.
 
Sejarah awal Islamisasi di Afrika sub-Sahara tidak berbeda dengan masuknya Islam di Asia Tenggara yaitu dengan cara damai dan melalui perdagangan tanpa pertumpahan darah. Menurut Hasan, sebagaimana yang dikutip oleh Karim,bahwa Uqbahlah yang pertama kali menembus padang pasir Sahara sampai ke wilayah Sudan, Ghana, Awdaghost bahkan sampai ke Kawar.  
 
Namun akhirnya Uqbah digantikan oleh Abdul Muhajir atas permintaan Maslamah yaitu penguasa Afrika. Pada masa Yazid I, 'Uqbah dipercaya kembali sebagai panglima. Ia memimpin pasukan muslim dan memperluas kekuasaannya sampai ke Maroko. Dengan kegigihan dan semangat yang membara, seluruh Ifriqiyah dan daerah al-Maghrib al-Aqsa dapat dikuasai dengan cepat sehingga 'Uqbah mendapat julukan "Alexander Muslim I".
 
Dengan demikian, Islam masuk ke Afrika sub-Sahara melalui tiga wilayah;pertama, dari bagian utara. Islam mulai menyebar mulai tahun 1000 an M di beberapa wilayah Sudan yaitu Niger dan Chad.
Islamisasi terjadi melalui migrasi pedagang-pedagang muslim, sejumlah guru, murid, dan juga datangnya pedagang dari Mediterania sehingga terbentuklah masyarakat muslim minoritas di beberapa wilayah Afrika sub-Sahara. Dari kelompok inilah kemudian Islam mengepakkan sayapnya dengan cara mengislamkan penguasa-penguasa lokal dan kemudian menyebar luas ke masyarakat dan para petani.
 
Kedua, melaui bagian Timur, yaitu dari Zayla', yang sekarang dikenal dengan nama Somalia, mulai abad ke-9. Pengislaman wilayah ini hampir sama dengan bagian-bagian lain Sudan yaitu melalui perdagangan, akan tetapi mayoritas berasal dari Mesir dan saudi Arabia. Ketiga, melalui bagian selatan yaitu Afrika selatan. Islam berkembang dimulai pada masa penjajahan belanda yang tergabung dalam dua gelombang. 
Gelombang pertama adalah orang-orang dari Melayu, Bengal, Malabar dan Madaskar yang dibawa oleh pemerintah Belanda ke Afrika Selatan sebagai tahanan dan budak. Gelombang kedua adalah para pekerja dan pedagang yang datang dari Calcuta, Madras, Bombay dan Gujarat yang datang pada abad ke-19.
 
Selain Islamisasi dilakukan secara formal oleh al-Murabithun dan al-Muwahhidun, Islamisasi juga dilakukan dengan cara kultural. Islamisasi tersebut dilakukan melalui media perdagangan. Mereka membangun pemukiman pedagang muslim di wilayah Sudan. Sambil melakukan proses perekonomian, mereka juga melakukan dakwah Islamiah. Di sepanjang bagian barat Afrika sub-Sahara, Islam dapat diterima dengan mudah oleh suku Soninke dan nenek moyangnya suku Tokolor. Dari sini penyiaran Islam ke timur sampai ke lembah Senegal. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses Islamisasi di Sub-Sahara persis seperti di Nusantara, yaitu melalui jalur perdagangan.



 KESIMPULAN

erjadinya perebutan kekuasaan diantara sesama muslim bukan lantas Islam dianggap sebagai agama yang ditegakkan dan berkembang dengan darah atau pedang, karena anggapan tersebut merupakan anggapan yang tidak obyektif. Kondisi ini banyak dipengaruhi oleh warisan atas kondisi sosio-politik yang berkembang pada saat itu, karena Afrika Utara pernah dibawah kekuasaan Romawi, dan juga pengaruh emperialisme penjajah dan pertikaian antar etnis tidak dapat dikesampingkan sebagai penyebab adanya anggapan tersebut.
 
Islamisasi di Afrika diawali jauh sebelumnya yaitu pada masa Nabi Muhammad dengan beberapa sahabatnya ketika hijrah ke Habsyi. Perjalanan panjang Islamisasi ke Afrika melalui jalur Afrika Utara yang dilakukan oleh kaum muslim terhadap penduduk setempat. Setelah itu barulah Islamisasi di di Afrika sub-Sahara dilakukan dengan tokoh Uqbah ibn Nafi'. Islamisasi di Afrika sub-Sahara menggunakan 3 jalur, yaitu melalui ekspansi militer, melalui jalur dakwah, dan melalui jalur perdagangan. Dengan demikian bisa dikatakan jika Islamisasi di Afrika sub-Sahara mirip dengan Islamisasi di Indonesia, yaitu melalui jalur dakwah dan jalur perdagangan.
 
Uqbah ibn Nafi merupakan tokoh yang paling berjasa dalam sejarah Islamisasi di Afrika sub-Sahara. Kini negara-negara di Afrika sub-Sahara penduduknya mayoritas beragama Islam. Dialah yang berperan cukup besar dalam menembus padang pasir Sahara, termasuk wilayah-wilayah Sudan. Ia juga berhasil membuka jalan ke Awdagost. Sebagai wali Ifriqiyah pertama, Uqbah telah menembus daerah-daerah itu bahkan sampai ke Kawar dan beberapa wilayah Negro, dan pada periode kedua (semasa Yazid ibn Muawiyah) ia memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Maroko.







Terimakasih sudah membaca artikel ini semoga bermanfaat :) wassalam

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI EROPA

Islam Di Eropa


Islam mulai masuk ke Eropa sudah dimulai dari berabad-abad yang lalu. Semua itu di awali oleh penaklukan negara Andalusia pada tahun 756 M – 1492 M di Semenanjung Iberia. Kemudian berlanjut melalui Sisilia serta penaklukan wilayah Balkan yang dilakukan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah. Kehadiran dan perkembangan Islam di Eropa kemudian berlanjut dari imigrasi besar-besaran umat Islam yang berada di negara-negara Islam menuju Eropa setelah selesai perang dunia kedua.


Islam Di Eropa

Umat muslim mulai memasuki benua Eropa sejak adanya permintaan bantuan kepada Musa bin Nushair yang waktu itu menjabat Gubernur Afrika Utara oleh seorang bansawan Gothia Barat bernama Graf Yulian yang sedang berkuasa di Geuta Afrika Utara. Waktu itu dia meminta bantuan agar Gubernur bisa membantu keluarga “Witiza” yang sedang menghadapi konflik dengan tentara roderik yang waktu itu memberontak merebut singgasana keluarga “Witiza” pada tahun 710 M.
Singkat cerita, permintaan itu disampaikan oleh Musa kepada khalifah Walid bin Abdul Malik di Damaskus. Diluar dugaan permintaan itu dengan catatan agar Musa berhati-hati. 

Sebagai antisipasi dan penjagaan, maka dikirimlah 200 orang pasukan yang dipimpin oleh Tharif bin Malik. Pasukan ini mendarat di Tarifa. Setelah diselidiki, Tharif bin Malik akhirnya meyakinkan Musa akan kesungguhan Graf yulian yang memang benar-benar meminta bantuan. Musa pun menyampaikan kepada Khalifah Walid bin Walid, setelah berunding dikirimlah pasukan pilihan yang dipimpin Thariq bin Ziyad seorang panglima besar yang gagah dan sangat berani, pasukan ini dikirim melalui kota Tanger yang menyebrangi serat Giblatar.

Pada tahun 91 H atau 710 M, pasukan Thariq bin Ziyad mendarat di Spanyol tepat disaat kekuatan dan konsentrasi pasukan Roderik sedang bergerak menuju wilayah Spanyol utara, hal ini dilakukan guna menghindari pemberontakan. Namun satu hal yang menarik dari kepemimpinan Thariq bin Ziyad ini, ketika semua kapal telah mendarat, dia memerintahkan kepada anak bawahnya untuk membakar semua kapal yang ada, hal ini dilakukan agar semua pasukannya berjuang dengan sungguh-sungguh, mengeluarkan segenap kemampuan yang dimiliki, dan tak ada lagi dalam pikiran pasukannya untuk mundur atau pulang kecuali sudah menang. Strategi nekad yang dilakukan oleh Thariq bin Ziyad ini terkenal hingga sekarang.

Srategi yang dilakukan Thariq bin Ziyad ternyata memberikan efek yang sangat besar dan bisa membakar semangat para pasukannya, akhirnya dengan perjuangan yang tak pantang menyerah mereka bisa menaklukkan benteng lawan walau pada saat itu jumlah musuh jauh lebih banyak dari pada pasukan kaum muslimin. Pada suatu pertempuran di kota Xeres, tentara Rodherik banyak yang tewas, hal ini berarti semakin memudahkan langkah pasukan kaum muslimin untuk menaklukkan kota-kota selanjutnya. Akhirnya kota demi kota bisa direbut, sebut saja seperti kota Malaga, Cordova dan Toledo yang menjadi ibukota Gothia Barat.

Kabar keberhasilan Thariq bin Ziyad ini berhembus ke telinga Musa bin Nushair yang akhirnya ingin turut menyusulnya ke Spanyol dengan turut membawa pasukan sebanyak 10.00 orang. Di kota Toledo keduanya bertemu dan sempat terjadi persilisihan, namun itu tidak terjadi lama karena bisa didamaikan oleh khalifah. Setelah damai, keduanya bahu membahu melanjutkan perjuangan untuk menaklukkan kota-kota berikutnya seperti Saragosa, Casytylia, Arogan dan Barcelona hingga pegunungan Pyrenia.

Hampir seluruh Andalusia kecuali wilayah Glacia sudah berada dalam genggaman kaum muslimin hanya dalam kurun waktu 7 tahun. Pada masa pemerintahan Bani Umayah di Damaskus, Andalusia dipimpin oleh seorang gubernur dan diantara yang memimpin waktu itu adalah Abdul Aziz, yang tak lain adalah putra Musa sendiri. Saat Bani Umayyah runtuh yang ditandai oleh berdirinya daulah Bani Abbasiyah di Baghdad yang dipimpin oleh Abdul Abbas As-safaf, semua keturunan Bani Umayyah dibunuh semua. Namun ada salah seorang keturunan Bani Umayah bernama Abdur Rahman yang berhasil meloloskan diri dan kabur menuju spanyol. 
Di sana dia membangun kerajaan Bani Umayah kembali dan mampu bertahan cukup lama dari 193 H – 458 H atau 756-1065 M.






FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN PENAKLUKAN EROPA 

Jika kita lihat dari perjalanannya, penaklukan demi penaklukan yang terjadi di Eropa seperti yang terjadi di Prancis Tengah dan Italia oleh kaum muslimin begitu serasa di mudahkan. Hal ini bisa terjadi karena adanya dukungan baik dari faktor internal maupun eksternal.




 FAKTOR INTERNAL

Faktor internal yang turut mendukung keberhasilan penaklukan Eropa salah satunya karena para penguasa, pemimpin sampai prajuritnya yang begitu kompak. Pasda saat itu para pemimpin diisi oleh sosok-sosok yang kuat, tegas, percaya diri serta bertanggung jawan. Di sisi lain para prajuritnya pun ikut terbawa sikap pemimpinnya hingga melahirkan prajurit-prajurit yang hebat pula. 

Mereka pun berani dan sabar dalam menghadapi setiap persoalan yang dihadapi. Dan yang tak kalah pentingnya dari itu semua adalah ajaran umat islam yang sering ditunjukkan oleh para pemimpin dan pasukan Islam. Dalam penaklukan mereka mengajarkan arti persaudaraan, toleransi serta tolong menolong. Sikap-sikap itulah yang membuat mereka disambut hangat oleh para penduduk Spanyol pada waktu itu. 





FAKTOR EXTERNAL

Sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi di Spanyol sendiri pada waktu itu yang memprihatinkan baik kondisi sosial, ekonomi atau politiknya. Secara politik, wilayah spanyol sangat terkoyak-koyak menjadi beberapa negara kecil dan semua rakyatnya dibagi dalam sistem kasta-kasta yang tentu itu semua sangat membuar rakyat tersiksa dan melarat. 

Ditambah penguasa yang ada seperti Gothic sangat kejam dan tidak bersikap toleran kepada agama yang di anut para rakyatnya. Hal inilah yang membuat para kaum yang tertindas menantikan pembebasan, dan pada akhirnya yang berhasil membebaskan mereka adalah kaum muslimin.





PERADABAN ISLAM MASUK KE EROPA DENGAN 5 CARA


MELALUI ANDALUSIA ( SPANYOL )

Ketika kaum muslimin berhasil menaklukkan Spanyol dan Sisilia selama 8 abad, ternyata itu sangat memberikan pengaruh kebudayaan Islam di Eropa. Oleh sebab itu, peradaban Islam akhirnya menyebar di tempat yang berbeda-beda seperti di Granada, Cordova, Toledo dan Sevilla. Pada waktu itu penduduk asli Andalusia kebanyakan menganut ajaran masehi, namun ketika peradaban arab mulai masuk akhirnya menjadi terpecah belah. Bahkan mereka mengganti bahasa umum yang sering digunakan menjadi bahasa arab. Penduduk yang mulai mengenal peradaban arab sering mengenal istilah Mozabarabes yang jika dalam bahasa arab itu biasa disebut musta’rib. Oleh sebab itu pula, banyak pendeta nasrani menerjemahkan Injil ke dalam bahasa arab.


MELALUI SISILIA ( DAERAH OTONOMI ITALIA )

Menurut sejarah yang ada, Sisilia pernah menjadi salah satu bagian dari wilayah peradaban Islam.Wilayah ini menjadi salah satu pintu penghubung utama dunia Islam dengan Eropa karena letaknya yang berdekatan dengan Tunisia di Afrika Utara. Saat berada di bawah kekuasaan Islam, Sisilia berkembang begitu pesat dan berubah menjadi pusat peradaban dan perniagaan.




MELALUI ALBANIA ( DAERAH BALKAN )

Salah satu posisi faktor utama dan yang membuka peluang pengenalan rakyat Balkan kepada Islam adalah posisi geografis Balkan yang strategis. Secara keseluruhan, perkenalan mereka terhadap Islam melalui jalur Albania.





MELALUI KEDATANGAN ORANG - ORANG SALIB DI TIMUR ISLAM

Invasi atas Sisilia dan Spanyol memberi arti bahwa di daerah pinggiran Kristen Latin kelak suatu saat Islam akan hadir.




PERTUKARAN PERDAGANGAN ANTARA BARAT DAN TIMUR MELALUI MESIR

Barat dan timur saling mempertukarkan perdagangannya satu sama lain




PENGARUH PERADABAN ISLAM DI EROPA

1.Orang-orang yahudi yang dulu menderita dan terhina dibawah kekuasaan Ghatia kini dibawah pemerintahan Islam dilindungi dan diperbolehkan bergerak disektor perdagangan.

2. Ketika dibawah kekuasaan Bangsa Arab, mereka yang selama ini hidup tertekan kini diperlakukan
dengan baik. Sehingga pada masa pemerintahan Islam tiba, mereka memperoleh dan menikmati hak-haknya sebagai warga negara sipil secara utuh. Disisi lain, bangsa arab bisa memperkokoh perdamaian dan stabilitas antar etnis dan suku yang saling berbeda. Oleh karena itu, bangsa Spanyol patuh terhadap pemerintahan Islam mendapatkan sikap toleran seperti apa yang diharapkan.

3. Saat abad 12 Masehi, pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban islam di Eropa sangat berkembang pesat yang menimbulkan gerakan kebangkitan kembali pusaka Yunani di Eropa pada abad ke 14 M. Perkembangan pemikiran Yunani di Eropa ini berkat melalui terjemahan tulisan arab yang dipelajari kemudian diterjemahkan kembali dalam bahasa latin.






BUKTI PERADABAN ISLAM DI EROPA

1. Ditemukannya berbagai buku terje mahan dari bahasa arab ke Ibrani, Latin dan Thalia. Pada masa Eropa awal, buku-buku itu memenuhi perpustakaan-perpustakaan yang ada. buku-buku yang terkenal pada waktu itu adalah karangan Ibnu Sina dan Ar-razi yang diantaranya karangan buku tentang ilmu filsafat dan ilmu kedokteran.

2. Adanya kata yang berasal dari bahasa arab yang masih digunakan oleh bangsa Eropa sampai sekarang. Kalimat-kalimat ini bisa ditemukan dalam bahasa Italia, Portugis, Spanyol dan masih banyak yang lainnya.





PERKEMBANGAN ISLAM DI BERBAGAI NEGARA DI EROPA

1. Pada tahun 1975 di Spanyol sekelompok pemuda masuk Islam, disana mereka membangun peradaban muslim di kota Cordova. Selanjutnya pada tahun 1978 setelah memohon izin pada pemerintah Cordova, mereka akhirnya bisa melaksanakan Shalat Idul Fitri di Kathedral. Bahkan pada saat itu, walikota Tulio Angulia memberikan kebijakan tentang tolerasni antar umat beragama. 

Hal yang dia lakukan salah satunya menawarkan kepada umat Islam menggunakan taman kota untuk shalat berjamaah dan Idul Adha, tak lupa diapun memberikan tenda besar agar umat Islam bisa semakin khusyuk dan nyaman ketika shalat. Terdapat pula sekolah yang dikelola oleh Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar ilmu Al-quran, bahasa arab, hadist, fiqih, tafsir dan masih banyak yang lainnya.

2. Di negara Belgia, berdiri sebuah gedung Islamic Center sebagai pusat kegiatan dakwah islam. Pada tahun 1980 diselenggarakan Mukhtamar Islam di Eropa tepatnya di kota Brussel. Pada waktu itu umat Islam yang berada di Belgia mencapai 150.000 orang.

3. Pada awal abad 15 H di Austria, tepatnya pada tahun 1979 di kota Wina, dibangun sebuah gedung Islamic Center yang memiliki kapasitas 30.000 orang. Di gedung ini terdapat berbagai fasilitas seperti perpustakaan, perumahan, madrasah, serta masjid jami’. 
Di sana pun agama Islam menjadi agama yang kedua di akui setelah agama Kristen.

4. Telah dibangun sebuah masjid yang megah di kota Almeo, Belanda. Di kota ini juga terbentuk fererasi organisasi Islam yang dipimpin warga asli belanda yang bernama Abdul Wahib Van Bomel. Abdul wahib memperjuangkan agar semua buruh yang beragama Islam bisa diberi kesempatan keleluasaan waktu untuk menjalankan shalat lima waktu. 

Di kota Redderect pada tanggal 14 oktober 1983, telah dibangun sebuah masjid yang memiliki kapasitas 500 orang yang dilengkapi berbagai fasilitas, diantaranya tempat wudhu, ruang tamu, ruang diskusi dan masih banyak yang lainnya. Pertumbuhan umat Islam di negara ini juga sangat pesat dan dari tahun ke tahun terus meningkat. Yang awalnya hanya ratusan orang kini bertambah menjadi ratusan ribu orang.

5. Sudah menjadi rahasia umum, Roma merupakan pusat peradaban umat Khatolik. Di sini banyak berdiri yang jumlahnya mencapai hampir 900-an, baik itu gereaja milik Khatolik, Orthodox, Protestan, Snayoge ataupun Yunani. Memang perkembangan Islam di wilayah ini tidak seperti wilayah Eropa lainnya yang tumbuh begitu pesat. Meskipun begitu, pada tahun 1984 umat islam berhasil meletakkan batu pertama untuk pembangunan masjid di Taman Most Antene di Pariali. Masjid ini sendiri diresmikan pada tahun 1995.

6. Di negara Inggris, perkembangan umat Islam cukup bagus. Hal ini terjadi karena adanya dukungan dan faktor kepindahan Universitas Islam Toledo dari Spanyol menuju Inggris. Sejak saat itu perkembangan Islam di sini mulai menyebar dan mulai bisa diterima oleh penduduk asli. Ada salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam, yakni Mozarebes. 

Adapaun penyebaran paham dan pengembangan Islam itu dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu, baik kepada anak-anak maupun orang dewasa. Pasca perang dunia kedua, terjadi arus imigrasi kaum muslimin menuju Eropa tak terkecuali Inggris. Hal ini semakin meningkatkan pertumbuhan umat Islam di negara ini.

7. Perkembangan umat Islam di Jerman terbilang sangat cepat, sehingga dalam sebuah penelitian sekitar 40% penduduk Jerman yang dibawah 18 tahun sudah memeluk agama Islam. Kekuatan Islam di sini sangat kuat karena menyatukan berbagai kelompok yang ada dan bisa menambah percaya diri umat Islam di sini k menyebarkan ajaran Islam lebih luas lagi.




KESIMPULAN

Secara garis besar, masuknya umat Islam ke Eropa berkat Invasi Turki ke wilayah Eropa yang melalui Sisilia, Spanyol dan penaklukan Balkan. Namun tetap yang paling memberi andil besar adalah penaklukan negeri Andalusia atau yang sering kita sebut Spanyol mengingat kaum muslimin pernah menguasai bangsa ini lebih dari 7 abad. 

Di Spanyol juga menjadi tempat peradaban umat Islam Eropa baik dalam hubungan ekomomi, sosial, politik atau peradaban antar negara. Bisa disimpulkan perkembangan Islam di Eropa hingga bisa berkembang pesat seperti saat ini berkat khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik. 








Terimakasih sudah membaca artikel ini semoga bermanfaat :) wassalam