TEORI KEHIDUPAN DIBUMI
Berdasarkan penelitian tentang lapisan kulit bumi atau menurut geologi, dilakukan pembagian zaman sebagai berikut:
- Zaman Arkaekum, yaitu zaman tertua dan diperkirakan sekitar 2500 juta tahun. Pada zaman ini keadaan bumi belum stabil, kondisi bumi dan udara masih panas, kulit bumi dalam proses pembentukan.
- Zaman Palaeozoikum berusia sekitar 340 juta tahun. Pada zaman ini keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah-ubah.
- Zaman Mesozoikum berusia sekitar 140 juta tahun. Pada zaman ini, kehidupan mengalami perkembangan yang sangat pesat.
- Zaman Neozoikum atau Kalnozoikum berusia sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini keadaan bumi semakin membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat. Zaman ini dibedakan atas dua macam, yaitu:
- Zaman Tersier; pada zaman ini kehidupan dari jenis-jenis binatang besar mulai berkurang dan telah hidup dari jenis-jenis binatang menyusui yaitu sejenis kera dan monyet.
- Zaman Kuarter; berusia sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini mulai muncul dan berkembang tanda-tanda kehidupan dari manusia purba. Namun zaman ini dibedakan atas dua macam, yaitu Kala Pleistosin dan Kala Holosin.
TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA
Sistem yang dianut untuk memecahkan masalah tentang manusia itu adalah sistem yang berdasarkan evolusi, yang memperlihatkan jauh dekatnya hubungan berbagai makhluk dalam evolusi. Evolusi biologis tidak meninggalkan bukti lengkap bagi umat manusia sekarang. Hal ini yang sekarang sering menimbulkan perbedaan pendapat dari para ahli. Teori evolusi biologis adalah perubahan filogenetis, jadi perubahan satu takson menjadi takson lain, atau tetap sebagai takson lama dengan perubahan sedikit, atau bahkan punah.
Evolusi manusia bukanlah manusia berasal dari monyet karena monyet sekarang memiliki spesies yang jauh dari manusia. Darwin mengemukakan teori evolusinya, bahwa suatu takson itu tidak statis, tetapi dinamis melalui waktu yang lama dan panjang, dan semua makhluk di muka bumi ini adalah berkerabat.
Pendapat Darwin dalam bukunya The Origin of Species, sebagai berikut:
- Bahwa spesies yang ada sekarang berasal dari spesies yang hidup di masa lalu dan akhirnya sampai sekarang.
- Bahwa evolusi itu terjadi dalam kehidupan melalui seleksi alam sehingga tidak dapat ditolak. Hal itu memperlihatkan bahwa spesies yang sekarang berasal dari spesies yang lalu.
- Antara Pithecanthropus erectus dan Homo sapiens terdapat Homo neanderthalensis sebab jenis ini cirinya hampir mendekati Homo sapiens.
Dalam evolusi manusia, ciri tubuhnya diwariskan dari orang tua atau nenek moyangnya. Satuan pewarisan terkecil dinamakan gen yang terdapat pada kromosom. Gen inilah yang mengatur ciri atau sifat yang akan diturunkan atau diwariskan kepada keturunan selanjutnya. Mutasi adalah perubahan yang mantap dan dapat diturunkan pada gen suatu organisme. Seleksi alam berpengaruh kepada gen, itulah sebabnya evolusi selalu ada.
Evolusi manusia mengakibatkan terjadinya perubahan sosial, budaya, bahkan bentuk tubuh dan fungsinya. Misalnya, sebagai berikut:
- Evolusi kepala yang berkaitan dengan evolusi muka dan otak. Evolusi ini berkaitan dengan cara makan yang semula diambil dengan mulut berangsur-angsur berubah dan mulai menggunakan tangan.
- Cara bergerak tubuhnya mulai berjalan tegak.
- Perkembangan hidup biososialnya mulai tampak.
1. Teori Van Heine Geldern
Menurut teorinya, bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang ditemukan di Indonesia yang memiliki kesamaan bentuk dengan yang ditemukan di daratan Asia.
2. Teori Prof. Muhammad Yamin
Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil tertua dengan jumlah terbanyak di daerah Indonesia.
3. Teori Prof. Dr. H. Kern Kern
menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kochin Cina, dan Kampuchea. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung dengan adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah-daerah di Indonesia (yang menjadi objek penelitian Kern adalah persamaan bahasa serta persamaan nama binatang dan alat perang).
4. Teori Prof. Dr. Kroom
Ia menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia adalah dari daerah Cina Tengah karena di daerah tersebut banyak sungai yang besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sampai tahun 1500 SM.
5. Teori Moh. Ali
Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan daerah Cina Selatan, yakni dari hulu sungai besar di Asia yang kedatangannya di Nusantara secara bergelombang. Gelombang pertama adalah gelombang Melayu Tua (Proto Melayu 3000 SM – 1500 SM) dengan ciri budayanya adalah Neolitikum. Mereka datang dengan jenis perahu bercadik satu. Gelombang kedua adalah gelombang Melayu Baru (Deutero Melayu 1500 SM – 500 SM) dengan menggunakan perahu bercadik dua.
6. Teori Dr. Brandes
Ia berpendapat bahwa bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia
memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah yang
terbentang dari sebelah utara Formosa, sebelah barat Madagaskar, sebelah
selatan tanah Jawa, dan sebelah timur sampai ke tepi barat Amerika.
7. Teori Willem Smith
Ia meneliti asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh bangsa Indonesia. Willem Smith membagi bangsa di Asia atas dasar bahasa yang dipergunakannya, yaitu bangsa berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan bangsa yang berbahasa Austria. Bangsa yang berbahasa Austria dibagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro-Asia dan bangsa yang berbahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.
8. Teori Hogen
Ia menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutero Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar di wilayah sekitar Indonesia tahun 1300 SM – 1500 SM. Adapun bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) menyebar di wilayah Indonesia sekitar tahun 1500 SM – 500 SM.
9. Teori Max Muller
Ia mengatakan bahwa asal bangsa Indonesia adalah daerah Asia Tenggara. Namun, pendapat Max Muller ini tidak begitu jelas alasannya. Ia menarik kesimpulan dari para peneliti lainnya.
10. Teori Majumdar
Sebagai seorang yang tekun dalam penelitian maka kesimpulan yang diperolehnya adalah bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, kemudian menyebar ke Indocina, terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. Pendapat Majumdar ini didukung oleh penelitiannya berdasarkan bahasa Austria yang merupakan bahasa muda di India Timur.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa Indonesia berasal dari satu daerah yang menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa, dan agak ke utara, yaitu Tonkin. Mereka datang ke Indonesia 1500 SM semula ke Kampuchea dan melanjutkan perjalanan ke Semenanjung Malaka. Dari Malaka masuk ke Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, sedangkan yang berada di Filipina melanjutkan perjalanan sampai di Minahasa dan daerah sekitarnya.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN SISTEM KEPERCAYAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
1. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
Perkembangan alat dan teknologi kehidupan manusia pada masa lalu, yaitu pada masa hidup berburu dan mengumpulkan dapat dikatakan masih sangat sederhana, hampir semua alat yang dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup masih sangat sederhana. Alat yang dibuat sekadar dapat membantu pekerjaan mereka. Alat-alat bantu dibuat dari batu dan tulang. Tujuan pembuatan alat untuk mempermudah memperoleh bahan makanan yang menjadi kebutuhan pokok.
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan mereka berkembang pesat, hidup
sudah menetap (sedenter) dan sudah menghasilkan makanan (food
producing). Peningkatan teknologi ditandai dengan adanya peningkatan
alat-alat dari batu kasar menuju batu halus, kemudian menggunakan
alat-alat dari logam. Alat-alat sebelum dihaluskan, contohnya, kapak
perimbas (bagian tajamnya berbentuk cembung), kapak penetak
(ketajamannya berbentuk liku-liku), pahat genggam (ketajamannya
berbentuk terjal), dan kapak genggam yang bagian tajamnya berbentuk
meruncing. Teknologi kemudian meningkat, alatnya sudah dihaluskan
seperti kapak persegi dan kapak lonjong. Dengan alat itu, ternyata
mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup yang lebih luas dari masa
sebelumnya, yaitu bersawah, membuat rumah, bermasyarakat, dan membuat
perahu bercadik.
Teknologi kapak batu pun ditinggalkan, kemudian muncul yang lebih maju,
yaitu kepandaian menggunakan alat-alat dari logam sebagai bahan membuat
alat yang memerlukan teknik, seperti cara bivalve dan a cire perdue.
Semua kapak logam dibuat mirip dengan kapak batu. Dalam perkembangan
selanjutnya, kapak logam kemudian mempunyai bentuk lain yang dinamakan
kapak sepatu atau kapak corong, yaitu sebagai alat untuk membantu
kehidupan mereka. Namun, ada jenis alat logam yang tidak digunakan untuk
alat bekerja, misalnya, candrasa dipakai untuk alat upacara, begitu
juga nekara dan moko. Dengan teknologi yang semakin maju inilah
masyarakat semakin mampu membuat hasil budaya yang jauh lebih berharga
untuk menciptakan alat yang lebih sempurna seperti di zaman megalit itu.
Disebut kebudayaan batu karena alatnya terbuat dari batu, yang terdiri dari zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum.
a. Kebudayaan Batu Tua (Paleolitikum)
Disebut kebudayaan Batu Tua sebab alat peninggalannya dari batu yang masih kasar atau belum dihaluskan. Pendukung kebudayaan ini adalah manusia purba. Berdasarkan daerah penemuannya, kebudayaan Batu Tua dibedakan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Kebudayaan Pacitan
Disebut kebudayaan Pacitan sebab hasil budayanya terdapat di daerah Pacitan (Pegunungan Sewu, Pantai Selatan Jawa). Alat yang ditemukan berupa chopper (kapak penetak) atau disebut kapak genggam. Pendukung kebudayaannya adalah Pithecanthropus erectus dan budaya batu ini disebut stone culture. Selain tempat di atas, alat Paleolitikum ini juga ditemukan di Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatra Selatan).
Kebudayaan Ngandong
Disebut kebudayaan Ngandong sebab hasil kebudayaannya ditemukan di Ngandong, Ngawi Jawa Timur. Di sini juga ditemukan kapak seperti di Pacitan dan juga kapak genggam, sedangkan di Sangiran ditemukan batu flakes dan batu chalcedon yang indah. Di Ngandong ditemukan juga alat dari tulang maka disebut bone culture. Pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo soloensis danHomo wajakensis. Penghidupan mereka masih mengumpulkan makanan (food gathering). Mereka mencari makanan dari jenis ubi-ubian dan berburu binatang.
b. Kebudayaan Batu Tengah (Mesolitikum)
Zaman Mesolitikum terjadi pada masa Holosen setelah zaman es berakhir.
Pendukung kebudayaannya adalah Homo sapiens yang merupakan manusia
cerdas. Penemuannya berupa fosil manusia purba, banyak ditemukan di
Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.
Manusia zaman Mesolitikum hidup di gua-gua, tepi pantai, atau sungai,
disebut dalam bahasa Denmark, kjokkenmoddinger (bukit sampah = bukit
kerang), yang banyak ditemukan di pantai timur Sumatra. Penemuan alatnya
adalah pebble disebut juga kapak Sumatra), kapak pendek (hache courte),
dan pipisan (batu penggiling). Selain tempat-tempat di atas, juga
terdapat abris sous roche (gua sampah) di Gua Sampung, (Ponorogo, Jawa
Timur), Pulau Timor, Pulau Roti, dan Bojonegoro (tempat ditemukan-nya
alat dari tulang).
c. Kebudayaan Batu Muda (Neolitikum)
Disebut kebudayaan Batu Muda (Neolitikum) sebab semua alatnya sudah
dihaluskan. Mereka sudah meninggalkan hidup berburu dan mulai menetap
serta mulai menghasilkan makanan (food producing). Mereka menciptakan
alat-alat kehidupan mulai dari alat kerajinan menenun, periuk, membuat
rumah, dan mengatur masyarakat. Alat yang dipergunakan pada masa ini
adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Daerah penemuan kapak persegi di
Indonesia bagian barat adalah di Lahat (Sumatra), Bogor, Sukabumi,
Karawang, Tasikmalaya, Pacitan, dan Lereng Gunung Ijen. Adapun kapak
lonjong banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti di Papua,
Tanimbar, Seram, Serawak, Kalimantan Utara, dan Minahasa.
d. Kebudayaan Batu Besar (Megalitikum)
Disebut kebudayaan Megalitikum sebab semua alat yang dihasilkan berupa
batu besar. Kebudayaan ini kelanjutan dari Neolitikum karena dibawa oleh
bangsa Deutero Melayu yang datang di Nusantara. Kebudayaan ini
berkembang bersama dengan kebudayaan logam di Indonesia, yakni
kebudayaan Dongson. Ada beberapa alat dan bangunan yang dihasilkan pada
zaman kebudayaan Megalitikum:
- MenhirMenhir adalah tiang tugu batu besar yang berfungsi sebagai tanda peringatan suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Daerah penemuannya di Sumatra Selatan dan Kalimantan.
- DolmenDolmen adalah meja batu besar yang biasanya terletak di bawah menhir tempat meletakkan sesaji. Daerah temuannya di Sumba, Sumatra Selatan, dan Bondowoso (Jawa Timur).
- Keranda (sarkofagus)Keranda adalah peti mati yang dibuat dari batu. Bentuknya seperti lesung dan diberi tutup dari batu. Daerah temuannya di Bali.
- Peti kubur batuPeti kubur batu merupakan kuburan dalam tanah yang sisi-sisi, alas, dan tutupnya diberi papan dari lempeng batu. Peti kubur batu ini banyak ditemukan di Kuningan, Jawa Barat.
- Punden berundakPunden berundak merupakan bangunan dari batu yang disusun bertingkat- tingkat (berundak-undak). Fungsinya sebagai bangunan pemujaan roh nenek moyang yang kemudian menjadi bentuk awal bangunan candi. Bangunan punden berundak adalah bangunan asli Indonesia.
- WarugaWaruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat. Waruga biasanya dibuat dari batu utuh. Daerah temuannya di Sulawesi Tengah dan Utara.
- ArcaArca-arca megalit merupakan bangunan batu besar berbentuk binatang atau manusia yang banyak ditemukan di dataran tinggi Pasemah, Sumatra Selatan yang menggambarkan sifat dinamis. Contohnya Batu Gajah, sebuah patung batu besar dengan gambaran seorang yang sedang menunggang binatang dan sedang berburu.
- Pemujaan matahariDi Indonesia, matahari dipuja sebagai matahari, bukan sebagai dewa matahari seperti di Jepang.
- Pemujaan dewi kesuburanDapat kita lihat di candi Sukuh dan candi Ceto sebagai lambang kesuburan. Di Jawa, pada umumnya Dewi Sri dipuja sebagai dewi kesuburan dan pelindung padi.
- Adanya keyakinan alat penolak bala (tumbal)Biasanya dengan menanam kepala kerbau di tengah bangunan atau tempat tertentu, maka akan terlindungi dan terbebas dari marabahaya.
- Adanya upacara ruwatanUpacara ruwatan adalah upacara untuk mengembalikan orang atau masyarakat kepada kedudukan yang suci seperti semula, misalnya, anak tunggal, anak kembar, pandawa lima, dan bersih desa.
3. KEPERCAYAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
Sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang mempunyai anggapan
bahwa hidup tidak akan berhenti, walaupun orang sudah meninggal. Orang
mati dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik dan tenang dan orang
yang ditinggalkannya masih dapat berhubungan dengan yang berada di
dunia lain. Masyarakat berburu dan mengumpulkan diperkirakan juga
mengenal upacara penguburan sebab soal mati adalah soal yang besar,
yaitu adanya sesuatu di luar perhitungan manusia. Kesadaran adanya
kekuatan gaib menjadi dasar kepercayaan mereka (animisme), ada juga
kepercayaan dinamisme, yaitu adanya benda yang dikeramatkan.
Pada masa
bercocok tanam, masyarakat sudah mengenal kepercayaan gaib, yaitu
kekuatan di luar kekuatan manusia, misalnya, gunung meletus atau banjir.
Mereka beranggapan adanya kekuatan alam yang luar biasa pasti ada yang
menggerakkan dan sedang murka. Mereka juga memuja arwah manusia yang
sudah meninggal. Menurut pendapat mereka, tempat roh itu sangat tinggi,
misalnya, di puncak-puncak gunung. Untuk turunnya roh nenek moyang,
mereka mendirikan bangunan batu besar (bangunan Megalitikum), dibuat
dari batu yang utuh dan dipahat dalam bentuk tertentu. Bentuk nyata
dalam kepercayaan masyarakat bercocok tanam, yaitu menyembah roh nenek
moyang (animisme) dan menyembah benda yang memiliki kekuatan gaib
(dinamisme).
Masa bercocok tanam dan perundagian telah menghasilkan bangunan megalit
seperti menhir, dolmen, keranda, dan kubur batu. Dalam kubur batu
terdapat bekal kubur, yaitu bekal-bekal si mati selama perjalanan menuju
ke tempat alam baka. Selanjutnya keluarga yang ditinggal selalu
bersesaji di dolmen (tempat pemujaan roh), di atas dolmen terdapat
menhir. Pemujaan roh nenek moyang sangat penting dalam suatu kehidupan
rohani pada masa itu.
HASIL BUDAYA MANUSIA PURBA DI INDONESIA
Sejak zaman Pleistosen Bawah telah ada jenis manusia purba yang sudah
menghasilkan alat-alat hidup dan budaya. Bukti bahwa Pithecanthropus
erectus menghasilkan kebudayaan Pacitan ditemukan Von Koenigswald berupa
kapak perimbas atau disebut kapak Pacitan. Alat-alat kebudayaannya
terbuat dari batu, tulang, kayu, dan ada yang dari tulang binatang.
Selain di Pacitan dan Ngandong, alat-alat semacam ini juga ditemukan di
Sumatra, Sulawesi, Flores, dan Timor. Hallam L. Movius Jr.
mengklasifikasikan alat Paleolitikum sebagai berikut.
1. Kapak perimbas (chopper)
Bagian yang tajam berbentuk cembung, digunakan untuk memangkas. Fungsi
kapak ini untuk penetak dan pemotong. Kapak ini ditemukan di Pacitan
oleh Von Koenigswald tahun 1935 yang diperkirakan pendukung
Pithecanthropus erectus, kapak ini disebut juga chopper chopping tool.
Kapak ini juga ditemukan di luar Nusantara, seperti di Pakistan,
Myanmar, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
2. Kapak penetak
3. Kapak genggam
Kapak ini mirip kapak perimbas, hanya bentuknya lebih besar,
dipergunakan untuk membelah kayu, pohon, atau bambu. Alat ini disebut
chopping tool, ditemukan hampir di seluruh wilayah Nusantara.
Kapak ini memiliki bentuk mirip kapak perimbas, tetapi jauh lebih kecil.
Cara pema- kaiannya dengan digenggam pada ujungnya yang lebih kecil.
Hampir di seluruh Nusantara terdapat alat tersebut.
4. Pahat genggam
Bentuknya lebih kecil dari kapak genggam yang berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubi-ubian. Alat ini sangat tajam.
5. Alat serpih
Alat serpih dipergunakan untuk pisau, mata panah, dan alat pemotong.
Alat serpih ini ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1934 di Sangiran,
juga di Gua Lawa, (Sampung, Ponorogo), Cabbenge (Sulawesi Selatan),
Timor, dan Roti. Alat serpih ini berukuran kecil antara 10 – 20 cm yang
banyak ditemukan di guagua.
6. Alat-alat dari tulang
Alat ini dibuat dari tulang binatang untuk pisau, belati, dan mata tombak yang banyak ditemukan di Ngandong (Ngawi Jawa Timur).
Homo sapiens juga telah memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dari
manusia purba. Bahkan jika kita melihat hasil kebudayaannya, sudah
tergolong pada budaya Batu Tengah, yakni Mesolitikum. Alat mereka sudah
dihaluskan sebagian dan tempat tinggal mereka berada di gua-gua sehingga
meninggalkan abris sous roche dan sampah kerang kjokkenmoddinger.
Tempat tinggalnya ditemukan di pantai Sumatra Timur dan alatnya berupa
kapak Sumatra, kapak pendek, serta pipisan atau batu penggiling. Adapun
kjokkkenmoddinger ditemukan di Gua Sampung (Ponorogo, Jawa Timur), di
Timor, di Pulau Roti, dan Bojonegoro. Alat-alat mereka selain dari batu
sudah ada yang dibuat dari tulang (bone culture).
PETA PENEMUAN MANUSIA PURBA
tempat temuan manusia praaksara
Tempat temuan alat-alat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Tempat temuan alat-alat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Tempat temuan alat-alat masa bercocok tanam dan benda-benda megalitik
Tempat temuan kapak persegi dan kapak lonjong
Peta persebaran kapak persegi dan kapak lonjong kebudayaan batu besar dan kebudayaan perungu di Nusantara
Demikian pelajaran mengenai asal - usul persebaran manusia di kepulauan indonesia, semoga bermanfaat untuk anda dan selamat belajar. terimakasih