Masuknya agama Islam di Indonesia
Warga Belajar dan siswa--sekalian, pernahkah kalian mendengar cerita tentang kapan agama Islam masuk ke kepulauan Nusantara dan apa sebabnya Islam berkembang pesat serta mudah diterima oleh penduduk Indonesia? Perlu Anda ketahui bahwa agama Islam masuk dan berkembang di Indonesia dengan jalan damai dan tanpa kekerasan atau paksaaan.
Masuknya agama Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kegiatan pelayaran dan perdagangan pada masa lampau. kalian Ingat bahwa kegiatan pelayaran dan pedagangan di perairan nusantara telah berlangsung sejak awal tahun Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang dari India dan Cina yang mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia. Kegiatan pelayaran dan perdagangan ini semakin hari semakin berkembang ramai. Selanjutnya pada sekitar abad ke-7 dan 8 pedagang-pedagang Islam dari Timur Tengah banyak yang datang berlayar ke selat Malaka hingga ke perairan Nusantara kita. Pada masa itu di Indonesia telah berdiri kerajaan terkenal bernama Sriwijaya. karena Sriwijaya ketika itu merupakan bandar terbesar, tempat singgah dan bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa para pedagang dari kepulauan Nusantara maupun dari luar, maka kemungkinan besar termasuk para pedagang dari Timur Tengah yang singgah pula di Sriwijaya. Oleh sebab itu para pedagang Islam yang telah mengenal Sriwijaya menyebutkan Sriwijaya dengan istilah Zabag atau Zabay.
Berkembangnya hubungan perdagangan antara pedagang-pedagang Islam dengan pedagang-pedagang Indonesia membawa pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia.
Pada umumnya para pedagang Islam sambil berdagang mereka memperkenalkan atau mengajarkan pula agama Islam kepada pedagang maupun penduduk setempat. Melalui hubungan dagang inilah penduduk Indonesia mengenal ajaran agama Islam untuk selanjutnya secara sadar mereka memeluk agama Islam.
Sekitar abad ke - 11 Islam telah sampai pula di pulau Jawa. Keterangan ini diperoleh berdasarkan bukti ditemukan sebuah batu nisan (makam) yang bertuliskan huruf Arab. Batu nisan yang berangka tahun 1082 ditemukan di Lereng (dekat Gresik). Tulisan pada batu nisan ini memuat keterangan tentang wafatnya seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun.
Keterangan lain tentang berkembangnya agama Islam di Indonesia bersumber dari catatan perjalanan seorang yang bernama Marco Polo (1992). Dia adalah seorang musafir dari Venesia, Italia. Dalam perjalanan menuju Tiongkok (Cina yang ditempuh melalui laut, Marco Polo singgah di Aceh Utara. Dari persinggahannya itu ia menceritakan bahwa di Perlak banyak penduduk yang beragama Islam dan banyak pula pedagang dari Gujarat (India) yang giat menyiarkan agama Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, jelas bahwa selain pedagang-pedagang dari Gujarat (India) yang aktif menyiarkan agama Islam di kepulauan Nusantara. Perlu diketahui bahwa pedagang-pedagang Gujarat sejak abad ke-10 telah menganut Islam.
Agama-agama Islam mula-mula berkembang di kota-kota dagang atau disekitar bandar tempat persinggahan pada pedagang Islam. Daerah yang mula-mula menjadi daerah Islam adalah Perlak dan Samudra Pasai. Kemudian meluas ke pulau Jawa seperti Gresik. Tuban, Demak, Cirebon dan Banten. Seharusnya ke pulau lainnya (Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan sebagainya).
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Berkembangnya agama Islam secara cepat dan meluas di Indonesia terutama di daerah pesisir karena adanya kontak dagang antara pedagang Islam dengan pedagang Indonesia. Para pedagang Islam dari Gujarat dalam menyiarkan agama Islam dengan cara bijaksana dan tanpa paksaan atau kekerasan. Sehingga banyak pedagang maupun penduduk Indonesia pada masal lampau yang tertarik kepada Islam. Selain itu ajaran Islam tidak mengenal kasta.
Makin kuatnya pengaruh Islam di kalangan penduduk mendorong tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam terkenal di Indonesia pada masa lampau dapat dijelaskan di bawah ini.
A. Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama Sultan Malik al Saleh. Letak kerajaan berada di daerah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe.
Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat untuk melanjutkan pemerintahan ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326 Sultan Mahmud juga wafat. Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai dipimpin oleh Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan Ibnu Batuta, utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa Samudra Pasai merupakan bandar utama pelabuhan yang sangat penting. Karena di pelabuhan ini menjadi tempat bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari dalam dan luar negeri (India dan Cina).
B. Kerajaan Islam Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah. Ia sebenarnya adalah salah seorang bupati di kerajaan Majapahit yang berkedudukan di Demak dan telah menganut Islam. Kekuasaan Majapahit ketika itu sudah lemah. Keadaan ini mendorong Raden Patah untuk mendirikan kerajaan Islam Demak. Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak berarti Raden Patah telah melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Majapahit. Berdirinya kesultanan Demak mendapat dukungan pula dari daerah-daerah lain di Jawa Timur yang sudah Islam seperti Jepara. Tuban dan Gresik. Di samping adalah majid demak.
Dalam waktu singkat Demak telah berkembang menjadi sebuah kerajaan besar. Di samping itu Demak menjadi pusat penyiaran agama Islam. Apalagi setelah malaka Jatuh (dikuasai) oleh Portugis (1511), maka kedudukan dan peranan Demak semakin penting.
Kedatangan penjajah Portugis di Malaka mengundang ketidaksenangan Sultan Demak. Karena hal itu merupakan ancaman pula terhadap kerajaan Demak. Pada tahun 1513 kerajaan Demak mengirim armada tentaranya dipimpin oleh Pati Unus untuk mengusir Portugis di Malaka mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan Potugis memiliki armada lebih kuta dan lengkap.
Meskipun usaha untuk merebut Malaka dari Potugis yang dilakukan Pati Unus mengalami kegagalan, namun peristiwa ini patut dibanggakan karena mereka gagah berani menghadapi bangsa penjajah.
Karena keberaniannya sebagai panglima yang memimpin penyerangan ke Malaka Maka Pati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor artinya Pengeran yang menyeberangi laut ke Utara.
Kemudian pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus. Pemerintahannya hanya berlangsug selama 3 tahun karena setelah itu ia wafat. Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin oleh Sultan Renggono, Adim Pati Unus.
Sultan Trenggono dikenal sebagai raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu pada masa pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak tetap antipati terhadap penjajah Potugis. Apalagi Portugis terus meluaskan jajahannya hingga ke Jawa Barat. Pada tahun 1522 Portugis datang ke Sunda Kelapa, pelabuhan utama kerajaan Pajajaran. Portugis menjalin kerjasama dengan raja Pajajaran dengan membuat kesepakatan untuk menghadapi pasukan Islam Demak. Portugis merencanakan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 kerajaan Islam Demak mengirimkan tentaranya dipimpin oleh Fatahilah untuk mengusir dan menghancurkan Potugis yang menduduki Sunda kelapa. Fatahillah beserta tentaranya berhasil mengusir orang-orang Portugis dan menguasai Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta artinya kemenangan. Sekarang Jayakarta menjadi Jakarta.
Sementara itu Demak berhasil menguasai Jawa Timur. Ekspedisi ke Jawa Timur ini dipimpin langsung oleh Sultan Trenggono. Tetapi dalam serangannya ke Pasuruan Tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono Timbullah pertentangan di kalangan keluarga sendiri. Petentangan bersumber pada siapa yang berhak mewarisi kerajaan. Berakhirnya kerajaan Islam Demak setelah Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang suka bertindak sewenang-wenang, sehingga banyak adipati yang menentang tindakannya tersebut. Joko Tingkir kemudian memindahkan keraton Demak ke Pajang (tahun 1568. Dengan demikian tamatlah riwayat Kerajaan Demak.
C. Kerajaan Islam Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.
D. Kerajaan Islam Mataram
Pada tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama Sutowijoyo yang bergelar Panembahan Senopalti Ing Alaga Sayidin
Pantagama. Letak kerajaan ini berada di Kotagede, Sebelah tenggara kota Yogyakarta. Ketika memerintah dikerajaan Mataram, banyak bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya. Diantara para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya adalah bupati Ponogorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan, Surabaya, Cirebon dan Galuh. Namun upaya mereka untuk melepaskan diri tidak behasil karena Sutowijoyo dikenal memiliki keahlian di bidang kemiliteran berhasil mengatasi semua pemberontakan tersebut.
Kemudian pada tahun 1601 Sutowijoyo wafat. Ia dimakamkan di kOtagede. Meskipun demikian ia dinilai telah berhasil meletakan dasar-dasar yang kokoh bagi kerajaan Mataram. Selanjutnya setelah Sutowijoyo wafat, kerajaan Mataram diperintah oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak.
Pada awal pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yang masing-masing dilakukan oleh Demak dan Ponorogo. Tetapi Mas Jolang berhasil memadamkan pemberontakan tersebut. Pemberontakan terhadapnya tampaknya belum berakhir. Pda tahun 1612 Surabaya melakukan perlawanan. Mas Jolang kemudian mengirimkan tentaranya berusaha menumpas pemberontakan. Sementara upaya memadamkan pemberontakan terus berlangsung dan belum berhasil dipadamkan, Mas Jolang wafat. Ia dimakamkan di Kotagede.
Pengganti Mas Jolang bernama Adipati Martapura. Tetapi penggantinya ini tidak mampu menjalankan tugas pemerintahan karena keadaan fisik yang lemah serta sakit-sakitan. Selanjutnya untuk meneruskan pemerintahan Adipati Martapura diganti oleh Mas Rangsang. Ia ternyata orang kuat yang mampu memimpin pemerintahan. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Mataram mencapai kemajuan yang pesat di bidang petanian, agama dan kebudayaan, Mataram ketika itu merupakan kerajaan terhormat dan disegani tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di pulau-pulau lainnya.
Karya sastra berupa buku berjudul Sastra Gending merupakan hasil karya yang ditulis oleh Mas Rangsang sendiri. Wayang sebagai kesenian yang digemari rakyat berkembang pesat pula.Pada masa pemerintahan Mas Rangsang (tahun 1633) ditetapkan perhitungan tahun Islam didasarkan bulan. Oleh sebab itu Mas Rangsang sebagai raja yang lebih terkenal dengan sebutan Sultan Agung.
E. Kerajaan Islam Cirebon
Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yang sekaligus menjadi rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa Barat. Di bawah pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan. Daerah kekuasaanya bertambah luas. Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Mataram. Pada thaun 1570 Fatahillah wafat. Selanjutnya ia digantikan oleh putranya bernama pangeran Pasarean. Dalam perkembangannya kemudian pada tahun 1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Pada masa tersebut kedudukan VOC di Batavia semakin kuat. Mereka bermaksud meluaskan kekuasaannya ke Cirebon. Maka Belanda dan VOC-nya mengatur siasat dengan menerapkan politik adu domba atau Devide et Impera. Hal ini bertujuan untuk memperlemah kerajaan Islam Cirebon. Kerajaan Islam Cirebon yang sudah dipecah menjadi dua, oleh Belanda VOC dipecah lagi menjadi tiga masing-masing Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan.
Dengan terpecahnya kerajaan Islam Cirebon menjadi tiga menyebabkan kerajaan Islam Cirebon semakin lemah kedudukannya. Keadaan ini terus dimanfaatkan oleh Belanda dan VOC untuk mengadu domba. Akhirnya padda abad ke-17 Cirebon berhasil dikuasai VOC.
F. Kerajaan Islam Banten
Pada tahun 1552 berdiri kerajaan Islam Banten. Pendiri kerajaan ini bernama Hasanuddin. Ia naik tahta menjadi raja di Banten setelah memperoleh mandat dari ayahnya Fatahillah. Seperti telah kita ketahui bahwa Fatahillah pada mulanya menguasai daerah Sunda Kelapa, Cirebon dan Banten.
Hasanuddin seperti juga ayahnya, giat menyiarkan agama Islam. Pada waktu itu kerajaan Pakuan Pajajran masih menganut agama Hindu. Kerajaan Islam Banten di bawah pemerintahan Hasanuddin makin hari makin kuat kedudukannya. Sementara itu kerajaan Pakuan makin terjepit dan lemah. Meskipun demikian ia tidak memanfaatkan untuk menyerang kerajaan Pakuan Pajajaran. Tetapi Hasanuddin meluaskan pengaruhnya ke Lampung. Bahkan kemudian ia menikah dengan putri Sultan Indrapura. Oleh mertuanya Hasanuddin dihadiahi tanah di daerah Selebar.
Setelah Hasanuddin wafat digantikan oleh putranya bernama Pangeran Yusuf. Ia meluaskan daerah kekuasaannya dan menaklukan Pakuan Pajaran (tahun 1579). Kemudian pada thaun 1580 Pangeran Yusuf wafat.
Setelah wafatnya Pangeran Yusuf, Kerajaan Islam Banten dipimpin oleh Maulana Muhammad. Pada tahun 1596 Maulana Muhammad berusaha meluaskan daerah kekuasaannya dengan mencoba menaklukan Palembang yang ketika itu menjadi saingan Banten di bidang perdagangan. Pada waktu itu Palembang diperintah oleh Ki Gede Ing Suro yang berasal dari Surabaya. Palembang nyaris jatuh ketangan Maulana MUahammad dan pasukannya. Tetapi karena Maulana Muhammad gugur di tengah pertempuran, maka serangan dihentikan dan tetara Banten ditarik mundur kembali ke Banten.
Setelah Maulan Muhammad wafat timbul persoalan di kalangan kerajaan karena yang seharusnya menggantikannya adalah putranya, Abdul Mufakkir. Tetapi pada waktu itu Abdul Mufakkir baru berumur 5 bulan. Maka pemerintahan sementara dipegang oleh seorang mangkubumi. DAlam perkembangannya kemudian muncul orang kuat bernama Pangeran Ranamenggala yang mengendalikan Banten mendampingi Abdul Mufakkir yang belum dewasa. Renamenggala wafat tahun 1624.
Kejayaan kerajaan Banten berlangsung sekitar tahun 1600. Pada waktu itu banten merupakan bandar pelabuhan terbesar. Banyak pedagang dari dalam dan luar pulau Jawa singgah untuk membeli maupun menjual lada, cengkeh, dan pala.
Kemunduran kerajaan Islam Banten terjadi sejak masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakkir di mana Belanda terus melakukan blokade-blokade yang mengakibatkan sempitnya ruang gerak kerajaan Islam Banten. Walaupun demikian semangar rakyat Banten yang anti penjajah Belanda tetap menyala.
G. Kerajaan Islam Ternate dan Tidore
Pada abad ke-13 di Maluku telah berdiri beberapa kerajaan seperti ternate, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut, ternyata kerajaan ternate dan Tidore yang berkembang lebih maju. Hal ini disebabkan hasil buminya yang berupa rempah-rempah terutama cengkeh. Banyak pedagang dari kepulauan Nusantara dan Timur tengah yang pergi berlayar ke Ternate. Para saudagar membawa barang-barang dagangan berupa pakaian, beras dan sebagainya untuk dipertukarkan dengan rampah-rempah.
Pada abad ke-14 agama Islam berkembang pesat di Ternate. Dalam perkembangannya kemudian Ternate berubah menjadi kerajaan Islam. Kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Harun. Pada masa pemerintahannya orang-orang Portugis banyak yang datang berdagang di Maluku. Tetapi mereka sering berbuat onar seperti melakukan monopoli dagang secara paksa, bertindak sewenang-wenang, mencampuri urusan pemerintahan dalam negeri. Akibatnya sering terjadi pertempuran antara penduduk Maluku dengan orang-orang Portugis. Akhornya pada tahun 1570 Portugis dengan Sultan Ternate sepakat untuk melakukan perjanjian damai melalui perundingan. Tetapi Portugis menipu Sultan Harun sewaktu berada dalam perundingan, ia pun dibunuh oleh orang Portugis atas suruhan gubernur mereka.
Setelah Sultan Harun wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Baabullah. Peristiwa pengkhiantan keji Portugis terhadap Sultan Harun menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Terlebih lagi Sultan Baabullah sebagai putranya. Ia bersumpah akan membalas dendam kematian ayahnya dengan mengenyahkan orang-orang Portugis dari bumi Maluku. Denan semangat yang membara Baabullah memimpin pasukannya bertempur melawan terntara Portugis. Perang berkobar selama 4 tahun lamanya (1570-1574. Akhirnya benteng Portugis di Ternate berhasil dikuasai Baabullah dan pasukannya. Orang-orang Portugis yang masih hidup menyerah. Kemudian mereka diperintahkan dengan segera angkat kaki dari Maluku khususnya Ternate. Sehak itu daerah Maluku Utara bersih, tidak diganggu lagi oleh orang-orang Portugis. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Ternate mencapai zaman kejayaannya.
Sementara itu di kerajaan Tidore agama Islam pun bekembang pesat. Seperti halnya Ternate, kerajaan Tidore berubah menjadi kerajaan Islam Tidore yang dipimpin oleh sultan Tidore. Kedua kerajaan ini pada mulanya hidup berdampingan secara damai, saling menghormati kedaulatan masing-masing. Tetapi oleh bangsa Portugis dan Spanyol kedua kerajaan ini diadu domba. Sehingga nyaris terjadi petentangan yang menjurus perang. Untung saja kedua pimpinan kerajaan menyadari hal ini. Mereka tidak mau diadu domba dengan bangsa sendiri. Kemudian kerajaan ini bersatu, bahu-membahu dalam menghadapi Portugis.
H. Kerajaan Islam Makassar
Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan seperti Gowa, Bone, Wajo, Luwu, dan Soppeng. Dalam perkembangannya kerajaan Gowa dan Tallo mengalami kemajuan yang lebih pesat dibandingkan yang lainnya. Hal ini disebabkan letak kerajaan ini sangat strategis dan menguntungkan yakni terletak di tengah-tengah lalu-lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku. Kedua kerajaan yaitu Gowa dan Tallo, yang rajanya telah menganut agama Islam bersepakat menyatukan kerajaan mereka menjadi kerajaan Islam Makassar. Rajanya bernama Sultan Alauddin. Ia semua bernama Daeng Manrabia, raja Gowa. Sedangkan Mangkubumi bernama Sultan Abdullah. Ia semua bernama karaeng Matoaya, raja Tallo.
Disamping memimpin pemerintahan, raja dan mangkubumi kerajaan Islam Makassar tersebut sangat giat pula dalam menyiarkan agama Islam. Oleh karena usahanya itu, Maka Makassar menjadi sebuah kerajaan Islam yang sangat kuat. Daerah kekuasaanya tidak hanya meliputi sebagian besar Sulawesi dan Pulau-pulau sekitarnya, melainkan juga sampai di bagian timur Nusa Tenggara.
Kerajaan Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah Sultan hasanuddin berkuasa (tahun 1654-1669). Ia adalah salah seorang cucu Sultan Alauddin, pendiri kerajaan Islam Makassar. Sultan Hasanuddin terkenal sangat gigih dalam menentang penjajah Belanda. Ketika Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan Hasanuddin agar melarang rakyatnya berdagang di Maluku, karena hal itu dianggap pelanggaran monopoli. maka Sultan hasanuddin dengan tagas menjawab: "Tuhan menciptakan dunia ini untuk kebahagiaan sekalian umat manusia. Ataukah tuan menyangka bahwa Allah mengecualikan pulau-pulau Maluku yang jauh dari tempat bangsa tuan ini semata-mata untuk perdagangan tuan".
Penjajahan belanda terus berupaya untuk menaklukan Sultan Hasanuddin. Pada waktu itu sedang terjadi perselsihan antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone dan Soppeng. Keadaan ini dimanfaatkan Belanda dengna menerapkan politik adu domba. Belanda dalam hal ini memihak Aru Palaka dan secara bersama memerangi Sultan Hasanuddin. Kemudian berkobar pertempuran hebat (tahun 1666-1669) antar Belanda (VOC) beserta Aru Palaka di satu pihak dengan Sultan Hasanuddin, dan Malaka Sultan Hasanuddin terdesak dan Makasar hampir jatuh ke tangan Belanda. Akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia membuat perjanjian damai yang dikenal dengna perjanjian Bongaya (1667).
Walaupun perjanjian telah disepakati, namun Belanda yang licik selalu melanggar perjanjian dengan bertindak sewenang-wenang. Hal ini membangkitkan kembali kemarahan Sultan Hasanuddin. Kemudian ia mengangkat senjata kembali memerangi Belanda.
Dalam peperangan ini Sultan Hasanuddin mendapat tekanan hebat dari pasukan Belanda, maka akhirnya pada tahun 1669 Sultan Hasanuddin terpaksa menyerah dan Makassar pun dikuasai penjajah Belanda. Meskipun demikian dalam diri orang-orang Makassar tetap tumbuh semangat anti penjajahan. karena itu banyak diantara merek yang pergi merantau ke Madura, Banten dan sebagainya membantu daerah-daerah yang masih berperang melawan Belanda.
Warga Belajar dan siswa--sekalian, pernahkah kalian mendengar cerita tentang kapan agama Islam masuk ke kepulauan Nusantara dan apa sebabnya Islam berkembang pesat serta mudah diterima oleh penduduk Indonesia? Perlu Anda ketahui bahwa agama Islam masuk dan berkembang di Indonesia dengan jalan damai dan tanpa kekerasan atau paksaaan.
Masuknya agama Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kegiatan pelayaran dan perdagangan pada masa lampau. kalian Ingat bahwa kegiatan pelayaran dan pedagangan di perairan nusantara telah berlangsung sejak awal tahun Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang dari India dan Cina yang mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia. Kegiatan pelayaran dan perdagangan ini semakin hari semakin berkembang ramai. Selanjutnya pada sekitar abad ke-7 dan 8 pedagang-pedagang Islam dari Timur Tengah banyak yang datang berlayar ke selat Malaka hingga ke perairan Nusantara kita. Pada masa itu di Indonesia telah berdiri kerajaan terkenal bernama Sriwijaya. karena Sriwijaya ketika itu merupakan bandar terbesar, tempat singgah dan bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa para pedagang dari kepulauan Nusantara maupun dari luar, maka kemungkinan besar termasuk para pedagang dari Timur Tengah yang singgah pula di Sriwijaya. Oleh sebab itu para pedagang Islam yang telah mengenal Sriwijaya menyebutkan Sriwijaya dengan istilah Zabag atau Zabay.
Berkembangnya hubungan perdagangan antara pedagang-pedagang Islam dengan pedagang-pedagang Indonesia membawa pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia.
Pada umumnya para pedagang Islam sambil berdagang mereka memperkenalkan atau mengajarkan pula agama Islam kepada pedagang maupun penduduk setempat. Melalui hubungan dagang inilah penduduk Indonesia mengenal ajaran agama Islam untuk selanjutnya secara sadar mereka memeluk agama Islam.
Sekitar abad ke - 11 Islam telah sampai pula di pulau Jawa. Keterangan ini diperoleh berdasarkan bukti ditemukan sebuah batu nisan (makam) yang bertuliskan huruf Arab. Batu nisan yang berangka tahun 1082 ditemukan di Lereng (dekat Gresik). Tulisan pada batu nisan ini memuat keterangan tentang wafatnya seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun.
Keterangan lain tentang berkembangnya agama Islam di Indonesia bersumber dari catatan perjalanan seorang yang bernama Marco Polo (1992). Dia adalah seorang musafir dari Venesia, Italia. Dalam perjalanan menuju Tiongkok (Cina yang ditempuh melalui laut, Marco Polo singgah di Aceh Utara. Dari persinggahannya itu ia menceritakan bahwa di Perlak banyak penduduk yang beragama Islam dan banyak pula pedagang dari Gujarat (India) yang giat menyiarkan agama Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, jelas bahwa selain pedagang-pedagang dari Gujarat (India) yang aktif menyiarkan agama Islam di kepulauan Nusantara. Perlu diketahui bahwa pedagang-pedagang Gujarat sejak abad ke-10 telah menganut Islam.
Agama-agama Islam mula-mula berkembang di kota-kota dagang atau disekitar bandar tempat persinggahan pada pedagang Islam. Daerah yang mula-mula menjadi daerah Islam adalah Perlak dan Samudra Pasai. Kemudian meluas ke pulau Jawa seperti Gresik. Tuban, Demak, Cirebon dan Banten. Seharusnya ke pulau lainnya (Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan sebagainya).
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Berkembangnya agama Islam secara cepat dan meluas di Indonesia terutama di daerah pesisir karena adanya kontak dagang antara pedagang Islam dengan pedagang Indonesia. Para pedagang Islam dari Gujarat dalam menyiarkan agama Islam dengan cara bijaksana dan tanpa paksaan atau kekerasan. Sehingga banyak pedagang maupun penduduk Indonesia pada masal lampau yang tertarik kepada Islam. Selain itu ajaran Islam tidak mengenal kasta.
Makin kuatnya pengaruh Islam di kalangan penduduk mendorong tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam terkenal di Indonesia pada masa lampau dapat dijelaskan di bawah ini.
A. Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama Sultan Malik al Saleh. Letak kerajaan berada di daerah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe.
Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat untuk melanjutkan pemerintahan ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326 Sultan Mahmud juga wafat. Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai dipimpin oleh Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan Ibnu Batuta, utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa Samudra Pasai merupakan bandar utama pelabuhan yang sangat penting. Karena di pelabuhan ini menjadi tempat bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari dalam dan luar negeri (India dan Cina).
B. Kerajaan Islam Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah. Ia sebenarnya adalah salah seorang bupati di kerajaan Majapahit yang berkedudukan di Demak dan telah menganut Islam. Kekuasaan Majapahit ketika itu sudah lemah. Keadaan ini mendorong Raden Patah untuk mendirikan kerajaan Islam Demak. Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak berarti Raden Patah telah melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Majapahit. Berdirinya kesultanan Demak mendapat dukungan pula dari daerah-daerah lain di Jawa Timur yang sudah Islam seperti Jepara. Tuban dan Gresik. Di samping adalah majid demak.
Dalam waktu singkat Demak telah berkembang menjadi sebuah kerajaan besar. Di samping itu Demak menjadi pusat penyiaran agama Islam. Apalagi setelah malaka Jatuh (dikuasai) oleh Portugis (1511), maka kedudukan dan peranan Demak semakin penting.
Kedatangan penjajah Portugis di Malaka mengundang ketidaksenangan Sultan Demak. Karena hal itu merupakan ancaman pula terhadap kerajaan Demak. Pada tahun 1513 kerajaan Demak mengirim armada tentaranya dipimpin oleh Pati Unus untuk mengusir Portugis di Malaka mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan Potugis memiliki armada lebih kuta dan lengkap.
Meskipun usaha untuk merebut Malaka dari Potugis yang dilakukan Pati Unus mengalami kegagalan, namun peristiwa ini patut dibanggakan karena mereka gagah berani menghadapi bangsa penjajah.
Karena keberaniannya sebagai panglima yang memimpin penyerangan ke Malaka Maka Pati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor artinya Pengeran yang menyeberangi laut ke Utara.
Kemudian pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus. Pemerintahannya hanya berlangsug selama 3 tahun karena setelah itu ia wafat. Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin oleh Sultan Renggono, Adim Pati Unus.
Sultan Trenggono dikenal sebagai raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu pada masa pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak tetap antipati terhadap penjajah Potugis. Apalagi Portugis terus meluaskan jajahannya hingga ke Jawa Barat. Pada tahun 1522 Portugis datang ke Sunda Kelapa, pelabuhan utama kerajaan Pajajaran. Portugis menjalin kerjasama dengan raja Pajajaran dengan membuat kesepakatan untuk menghadapi pasukan Islam Demak. Portugis merencanakan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 kerajaan Islam Demak mengirimkan tentaranya dipimpin oleh Fatahilah untuk mengusir dan menghancurkan Potugis yang menduduki Sunda kelapa. Fatahillah beserta tentaranya berhasil mengusir orang-orang Portugis dan menguasai Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta artinya kemenangan. Sekarang Jayakarta menjadi Jakarta.
Sementara itu Demak berhasil menguasai Jawa Timur. Ekspedisi ke Jawa Timur ini dipimpin langsung oleh Sultan Trenggono. Tetapi dalam serangannya ke Pasuruan Tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono Timbullah pertentangan di kalangan keluarga sendiri. Petentangan bersumber pada siapa yang berhak mewarisi kerajaan. Berakhirnya kerajaan Islam Demak setelah Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang suka bertindak sewenang-wenang, sehingga banyak adipati yang menentang tindakannya tersebut. Joko Tingkir kemudian memindahkan keraton Demak ke Pajang (tahun 1568. Dengan demikian tamatlah riwayat Kerajaan Demak.
C. Kerajaan Islam Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.
D. Kerajaan Islam Mataram
Pada tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama Sutowijoyo yang bergelar Panembahan Senopalti Ing Alaga Sayidin
Pantagama. Letak kerajaan ini berada di Kotagede, Sebelah tenggara kota Yogyakarta. Ketika memerintah dikerajaan Mataram, banyak bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya. Diantara para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya adalah bupati Ponogorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan, Surabaya, Cirebon dan Galuh. Namun upaya mereka untuk melepaskan diri tidak behasil karena Sutowijoyo dikenal memiliki keahlian di bidang kemiliteran berhasil mengatasi semua pemberontakan tersebut.
Kemudian pada tahun 1601 Sutowijoyo wafat. Ia dimakamkan di kOtagede. Meskipun demikian ia dinilai telah berhasil meletakan dasar-dasar yang kokoh bagi kerajaan Mataram. Selanjutnya setelah Sutowijoyo wafat, kerajaan Mataram diperintah oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak.
Pada awal pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yang masing-masing dilakukan oleh Demak dan Ponorogo. Tetapi Mas Jolang berhasil memadamkan pemberontakan tersebut. Pemberontakan terhadapnya tampaknya belum berakhir. Pda tahun 1612 Surabaya melakukan perlawanan. Mas Jolang kemudian mengirimkan tentaranya berusaha menumpas pemberontakan. Sementara upaya memadamkan pemberontakan terus berlangsung dan belum berhasil dipadamkan, Mas Jolang wafat. Ia dimakamkan di Kotagede.
Pengganti Mas Jolang bernama Adipati Martapura. Tetapi penggantinya ini tidak mampu menjalankan tugas pemerintahan karena keadaan fisik yang lemah serta sakit-sakitan. Selanjutnya untuk meneruskan pemerintahan Adipati Martapura diganti oleh Mas Rangsang. Ia ternyata orang kuat yang mampu memimpin pemerintahan. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Mataram mencapai kemajuan yang pesat di bidang petanian, agama dan kebudayaan, Mataram ketika itu merupakan kerajaan terhormat dan disegani tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di pulau-pulau lainnya.
Karya sastra berupa buku berjudul Sastra Gending merupakan hasil karya yang ditulis oleh Mas Rangsang sendiri. Wayang sebagai kesenian yang digemari rakyat berkembang pesat pula.Pada masa pemerintahan Mas Rangsang (tahun 1633) ditetapkan perhitungan tahun Islam didasarkan bulan. Oleh sebab itu Mas Rangsang sebagai raja yang lebih terkenal dengan sebutan Sultan Agung.
E. Kerajaan Islam Cirebon
Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yang sekaligus menjadi rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa Barat. Di bawah pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan. Daerah kekuasaanya bertambah luas. Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Mataram. Pada thaun 1570 Fatahillah wafat. Selanjutnya ia digantikan oleh putranya bernama pangeran Pasarean. Dalam perkembangannya kemudian pada tahun 1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Pada masa tersebut kedudukan VOC di Batavia semakin kuat. Mereka bermaksud meluaskan kekuasaannya ke Cirebon. Maka Belanda dan VOC-nya mengatur siasat dengan menerapkan politik adu domba atau Devide et Impera. Hal ini bertujuan untuk memperlemah kerajaan Islam Cirebon. Kerajaan Islam Cirebon yang sudah dipecah menjadi dua, oleh Belanda VOC dipecah lagi menjadi tiga masing-masing Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan.
Dengan terpecahnya kerajaan Islam Cirebon menjadi tiga menyebabkan kerajaan Islam Cirebon semakin lemah kedudukannya. Keadaan ini terus dimanfaatkan oleh Belanda dan VOC untuk mengadu domba. Akhirnya padda abad ke-17 Cirebon berhasil dikuasai VOC.
F. Kerajaan Islam Banten
Pada tahun 1552 berdiri kerajaan Islam Banten. Pendiri kerajaan ini bernama Hasanuddin. Ia naik tahta menjadi raja di Banten setelah memperoleh mandat dari ayahnya Fatahillah. Seperti telah kita ketahui bahwa Fatahillah pada mulanya menguasai daerah Sunda Kelapa, Cirebon dan Banten.
Hasanuddin seperti juga ayahnya, giat menyiarkan agama Islam. Pada waktu itu kerajaan Pakuan Pajajran masih menganut agama Hindu. Kerajaan Islam Banten di bawah pemerintahan Hasanuddin makin hari makin kuat kedudukannya. Sementara itu kerajaan Pakuan makin terjepit dan lemah. Meskipun demikian ia tidak memanfaatkan untuk menyerang kerajaan Pakuan Pajajaran. Tetapi Hasanuddin meluaskan pengaruhnya ke Lampung. Bahkan kemudian ia menikah dengan putri Sultan Indrapura. Oleh mertuanya Hasanuddin dihadiahi tanah di daerah Selebar.
Setelah Hasanuddin wafat digantikan oleh putranya bernama Pangeran Yusuf. Ia meluaskan daerah kekuasaannya dan menaklukan Pakuan Pajaran (tahun 1579). Kemudian pada thaun 1580 Pangeran Yusuf wafat.
Setelah wafatnya Pangeran Yusuf, Kerajaan Islam Banten dipimpin oleh Maulana Muhammad. Pada tahun 1596 Maulana Muhammad berusaha meluaskan daerah kekuasaannya dengan mencoba menaklukan Palembang yang ketika itu menjadi saingan Banten di bidang perdagangan. Pada waktu itu Palembang diperintah oleh Ki Gede Ing Suro yang berasal dari Surabaya. Palembang nyaris jatuh ketangan Maulana MUahammad dan pasukannya. Tetapi karena Maulana Muhammad gugur di tengah pertempuran, maka serangan dihentikan dan tetara Banten ditarik mundur kembali ke Banten.
Setelah Maulan Muhammad wafat timbul persoalan di kalangan kerajaan karena yang seharusnya menggantikannya adalah putranya, Abdul Mufakkir. Tetapi pada waktu itu Abdul Mufakkir baru berumur 5 bulan. Maka pemerintahan sementara dipegang oleh seorang mangkubumi. DAlam perkembangannya kemudian muncul orang kuat bernama Pangeran Ranamenggala yang mengendalikan Banten mendampingi Abdul Mufakkir yang belum dewasa. Renamenggala wafat tahun 1624.
Kejayaan kerajaan Banten berlangsung sekitar tahun 1600. Pada waktu itu banten merupakan bandar pelabuhan terbesar. Banyak pedagang dari dalam dan luar pulau Jawa singgah untuk membeli maupun menjual lada, cengkeh, dan pala.
Kemunduran kerajaan Islam Banten terjadi sejak masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakkir di mana Belanda terus melakukan blokade-blokade yang mengakibatkan sempitnya ruang gerak kerajaan Islam Banten. Walaupun demikian semangar rakyat Banten yang anti penjajah Belanda tetap menyala.
G. Kerajaan Islam Ternate dan Tidore
Pada abad ke-13 di Maluku telah berdiri beberapa kerajaan seperti ternate, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut, ternyata kerajaan ternate dan Tidore yang berkembang lebih maju. Hal ini disebabkan hasil buminya yang berupa rempah-rempah terutama cengkeh. Banyak pedagang dari kepulauan Nusantara dan Timur tengah yang pergi berlayar ke Ternate. Para saudagar membawa barang-barang dagangan berupa pakaian, beras dan sebagainya untuk dipertukarkan dengan rampah-rempah.
Pada abad ke-14 agama Islam berkembang pesat di Ternate. Dalam perkembangannya kemudian Ternate berubah menjadi kerajaan Islam. Kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Harun. Pada masa pemerintahannya orang-orang Portugis banyak yang datang berdagang di Maluku. Tetapi mereka sering berbuat onar seperti melakukan monopoli dagang secara paksa, bertindak sewenang-wenang, mencampuri urusan pemerintahan dalam negeri. Akibatnya sering terjadi pertempuran antara penduduk Maluku dengan orang-orang Portugis. Akhornya pada tahun 1570 Portugis dengan Sultan Ternate sepakat untuk melakukan perjanjian damai melalui perundingan. Tetapi Portugis menipu Sultan Harun sewaktu berada dalam perundingan, ia pun dibunuh oleh orang Portugis atas suruhan gubernur mereka.
Setelah Sultan Harun wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Baabullah. Peristiwa pengkhiantan keji Portugis terhadap Sultan Harun menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Terlebih lagi Sultan Baabullah sebagai putranya. Ia bersumpah akan membalas dendam kematian ayahnya dengan mengenyahkan orang-orang Portugis dari bumi Maluku. Denan semangat yang membara Baabullah memimpin pasukannya bertempur melawan terntara Portugis. Perang berkobar selama 4 tahun lamanya (1570-1574. Akhirnya benteng Portugis di Ternate berhasil dikuasai Baabullah dan pasukannya. Orang-orang Portugis yang masih hidup menyerah. Kemudian mereka diperintahkan dengan segera angkat kaki dari Maluku khususnya Ternate. Sehak itu daerah Maluku Utara bersih, tidak diganggu lagi oleh orang-orang Portugis. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Ternate mencapai zaman kejayaannya.
Sementara itu di kerajaan Tidore agama Islam pun bekembang pesat. Seperti halnya Ternate, kerajaan Tidore berubah menjadi kerajaan Islam Tidore yang dipimpin oleh sultan Tidore. Kedua kerajaan ini pada mulanya hidup berdampingan secara damai, saling menghormati kedaulatan masing-masing. Tetapi oleh bangsa Portugis dan Spanyol kedua kerajaan ini diadu domba. Sehingga nyaris terjadi petentangan yang menjurus perang. Untung saja kedua pimpinan kerajaan menyadari hal ini. Mereka tidak mau diadu domba dengan bangsa sendiri. Kemudian kerajaan ini bersatu, bahu-membahu dalam menghadapi Portugis.
H. Kerajaan Islam Makassar
Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan seperti Gowa, Bone, Wajo, Luwu, dan Soppeng. Dalam perkembangannya kerajaan Gowa dan Tallo mengalami kemajuan yang lebih pesat dibandingkan yang lainnya. Hal ini disebabkan letak kerajaan ini sangat strategis dan menguntungkan yakni terletak di tengah-tengah lalu-lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku. Kedua kerajaan yaitu Gowa dan Tallo, yang rajanya telah menganut agama Islam bersepakat menyatukan kerajaan mereka menjadi kerajaan Islam Makassar. Rajanya bernama Sultan Alauddin. Ia semua bernama Daeng Manrabia, raja Gowa. Sedangkan Mangkubumi bernama Sultan Abdullah. Ia semua bernama karaeng Matoaya, raja Tallo.
Disamping memimpin pemerintahan, raja dan mangkubumi kerajaan Islam Makassar tersebut sangat giat pula dalam menyiarkan agama Islam. Oleh karena usahanya itu, Maka Makassar menjadi sebuah kerajaan Islam yang sangat kuat. Daerah kekuasaanya tidak hanya meliputi sebagian besar Sulawesi dan Pulau-pulau sekitarnya, melainkan juga sampai di bagian timur Nusa Tenggara.
Kerajaan Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah Sultan hasanuddin berkuasa (tahun 1654-1669). Ia adalah salah seorang cucu Sultan Alauddin, pendiri kerajaan Islam Makassar. Sultan Hasanuddin terkenal sangat gigih dalam menentang penjajah Belanda. Ketika Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan Hasanuddin agar melarang rakyatnya berdagang di Maluku, karena hal itu dianggap pelanggaran monopoli. maka Sultan hasanuddin dengan tagas menjawab: "Tuhan menciptakan dunia ini untuk kebahagiaan sekalian umat manusia. Ataukah tuan menyangka bahwa Allah mengecualikan pulau-pulau Maluku yang jauh dari tempat bangsa tuan ini semata-mata untuk perdagangan tuan".
Penjajahan belanda terus berupaya untuk menaklukan Sultan Hasanuddin. Pada waktu itu sedang terjadi perselsihan antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone dan Soppeng. Keadaan ini dimanfaatkan Belanda dengna menerapkan politik adu domba. Belanda dalam hal ini memihak Aru Palaka dan secara bersama memerangi Sultan Hasanuddin. Kemudian berkobar pertempuran hebat (tahun 1666-1669) antar Belanda (VOC) beserta Aru Palaka di satu pihak dengan Sultan Hasanuddin, dan Malaka Sultan Hasanuddin terdesak dan Makasar hampir jatuh ke tangan Belanda. Akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia membuat perjanjian damai yang dikenal dengna perjanjian Bongaya (1667).
Walaupun perjanjian telah disepakati, namun Belanda yang licik selalu melanggar perjanjian dengan bertindak sewenang-wenang. Hal ini membangkitkan kembali kemarahan Sultan Hasanuddin. Kemudian ia mengangkat senjata kembali memerangi Belanda.
Dalam peperangan ini Sultan Hasanuddin mendapat tekanan hebat dari pasukan Belanda, maka akhirnya pada tahun 1669 Sultan Hasanuddin terpaksa menyerah dan Makassar pun dikuasai penjajah Belanda. Meskipun demikian dalam diri orang-orang Makassar tetap tumbuh semangat anti penjajahan. karena itu banyak diantara merek yang pergi merantau ke Madura, Banten dan sebagainya membantu daerah-daerah yang masih berperang melawan Belanda.